PARIS (Arrahmah.com) – Pasukan rezim sekuler Mali kembali memukul mundur mujahidin Anshar Ad-Din dari desa Kona di pusat kota strategis Sevare, setelah Perancis melakukan intervensi militer pada hari Jumat (11/1/2013) dengan serangan pesawat tempur, laporan Reuters. Bidang media mujahidin Anshar Ad-Din sendiri belum memberikan konfirmasi apapun terkait berita tersebut.
Pemerintah Barat, khususnya penjajah salibis Perancis, telah menyuarakan alarm setelah mujahidin Anshar Ad-Din dan mujahidin Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) merebut kota Konna pada hari Kamis (10/1/2013), yang hanya berjarak 600 km dari ibukota Mali, Bamako.
Presiden Francois Hollande mengatakan Perancis tidak akan berdiri untuk menonton “pemberontak” mendorong pemerintah Mali di Mali Selatan. Paris telah berulang kali memperingatkan bahwa keberhasilan kelompok Islam bersenjata menguasai wilayah Mali Utara sejak bulan April 2012 memberi mereka dasar untuk menyerang negara-negara Afrika tetangga dan Eropa.
“Kita dihadapkan dengan agresi terang-terangan yang mengancam keberadaan Mali. Perancis tidak bisa menerima ini,” kata Hollande di Elysee Palace pada Jum’at (11/1/2013), yang baru-baru berjanji Paris tidak akan mencampuri urusan Afrika, dalam pidato Tahun Baru untuk para diplomat dan wartawan.
Alasan sebenarnya dari invasi militer yang direncanakan oleh Perancis, Amerika Serikat, Jerman, NATO dan negara-negara dewan kerjasama ekonomi Afrika Barat (ECOWAS) di Mali Utara adalah menghancurkan penerapan syariat Islam yang telah dijalankan oleh mujahidin Anshar Dien.
Presiden Perancis mengatakan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB pada bulan Desember 2012 lalu yang mengesahkan intervensi militer di Mali Utara, menjadikan invasi militer Perancis itu sah karena Perancis bertindak sesuai dengan hukum internasional.
Operasi militer Perancis untuk mendukung tentara Mali melawan pemberontak Islam “akan berlangsung selama diperlukan,” tulis Duta Besar Perancis untuk PBB, Gerard Araud, dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan yang diperoleh oleh Reuters.
Di Washington, seorang pejabat AS mengungkapkan kepada Reuters bahwa Pentagon sedang menimbang pilihan invasi militer di Mali, termasuk berbagi informasi intelijen dengan Perancis dan memberikan dukungan logistik.
Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, menegaskan Perancis telah melakukan serangan udara terhadap “pemberontak” untuk mencegah mereka menaklukkan seluruh Mali. Dia menolak untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut, seperti apakah pasukan Perancis berada di tanah.
Sementara itu harian Perancis, Le Figaro, menyebutkan bahwa pasukan darat Perancis dan Jerman telah berada di kota Sevare, pintu gerbang menuju kota strategis Mopti yang sejak Senin (7/1/2013) sore menjadi ajang pertempuran sengit antara mujahidin Anshar Ad-Din dan Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) melawan tentara rezim sekuler Mali. Di Sevare terdapat bandara internasional Mopti yang menjadi jalur pendaratan pasukan darat Perancis dan Jerman.
“Tentara Mali telah merebut kembali kota Konna dengan bantuan dari mitra militer kita. Kami ada sekarang,” kata Letnan Kolonel Diaran Kone, seorang perwira tinggi militer rezim Mali kepada Reuters. Kone menambahkan bahwa tentara Mali sedang menyapu pejuang Islam di daerah sekitarnya. (muhib almajdi/arrahmah.com)