TEHERAN (Arrahmah.com) – Ekspor minyak negara Syiah Iran turun drastis sebesar 40 persen selama sembilan bulan terakhir, kata Mentri Perminyakan Iran Rustam Qasemi di depan Parlemen Iran. Ini adalah pertama kalinya pemerintah Iran mengakui besarnya kerugian ekonomi yang mereka alami. Biasanya mereka mengecilkan dan tidak mengakui kerugian ekonomi apapun.
Qasemi menyatakan penurunan drastis selama periode Januari-September 2012 tersebut terjadi sebagai dampak dari sanksi Barat terhadap program pengembangan nuklir Iran, laporan AFP dan stasiun TV Al-Jazera pada Senin (7/1/2013).
Di depan Komisi Anggaran Parlemen Iran, Qasemi menjelaskan bahwa pemasukan negara ikut turun sebesar 45 persen sebagai akibat langsung dari penurunan ekspor minyak Iran.
Sementara itu Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan ekspor minyak mentah Iran telah jatuh dari sekitar 2,1 sampai 2,4 juta barel per hari pada awal 2012 menjadi sekitar 1,3 juta barel per hari pada akhir 2012.
Turunnya ekspor minyak bumi Iran juga mengakibatkan penurunan produksi minyak sebesar 20 persen, menjadi kurang dari 3 juta barel per hari. Jumlah itu merupakan angka terendah sejak terjadinya Perang Iran-Irak 1980-1988.
Berdasar catatan OPEC, Iran pada November 2013 merupakan negara pengekspor minyak terbesar keempat di dunia, setelah Arab Saudi, Irak dan Kuwait.
Qasemi menyangkal penurunan ekspor minyak Iran akan terus berlanjut. Namun Mentri Keuangan Iran, Shamsudin Husaini, mengakui pada Desember 2012 lalu bahwa devisa Iran dari sektor ekspor minyak turun sampai 50 persen akibat sanksi Barat.
Qasemi juga mengungkapkan pemerintah Iran berharap bisa mengekspor minyak sebesar 1,5 juta barel per hari pada tahun baru ekonomi Iran yang dimulai pada Maret 2013 mendatang.
Ekonomi Iran juga mengalami pendarahan parah akibat membiayai pasukan perang sekutunya, rezim Nushairiyah Suriah, yang berperang melawan mujahidin Islam dan mujahidin FSA selama dua puluh bulan terakhir. (muhib almajdi/arrahmah.com)