JAKARTA (Arrahmah.com) – Pendeta HKBP Filadelfia, Palti Panjaitan, menolak dikatakan telah melakukan pemukulan atas seorang Ustadz di Bekasi, yaitu Abdul Aziz, warga Jejalen, Tambun, Bekasi di malam Misa Natal. “Itu pembohongan, memutarbalikkan fakta. Enggak ada saya pukul beliau,” kata Palti seperti dilansir Tempo.co, Selasa, (25/12).
Palti mengakui ada cekcok antara mereka hingga terjadi pendorongan. Klaim Palti, justru dirinya dan jemaatnya yang menjadi korban lebih dulu. “Yang korban kan kami. Kami yang dilempari,” ujar Palti. Ceritanya, kata dia, kemarin malam pukul 19.00 WIB, Palti dan 200 jemaat akan melakukan Misa Natal di lokasi sengketa Gereja Filadelfia.
Ketika sampai di Jalan Jejalen Raya, Palti bilang, rombongan masyarakat Ustadz Abdul Aziz yang jumlahnya juga mencapai ratusan orang, melempari rombongan jemaat dengan batu, tanah, telur busuk, dan kotoran sapi.
Palti yang saat itu berboncengan dengan istrinya menaiki sepeda motor tak luput dari lemparan. “Semuanya kena lemparan.” Padahal, di kiri kanan mereka ada personel polisi yang mengawal. “Mereka (polisi) tidak melakukan apa-apa,” Palti menyayangkan.
Posisi Palti sendiri berada di bagian belakang rombongan, agak tertinggal. Aziz cs lalu mendekati dia untuk menyerang. “Dia lari menghampiri saya, mau menyerang.”
Sehingga, kata Palti, dirinya reflek mempertahankan diri dengan turun dari motor dan mendorong Aziz hingga terjengkang. “Tidak ada pemukulan ulu hati. Saya mendorong dia untuk mempertahankan diri.”
Setelah pendorongan, Palti dan rombongan jemaat mundur meninggalkan kelompok Aziz. Mereka urung menuju lokasi gereja dan mengungsi ke kantor Polsek Tambun. “Kami beribadat di halaman kantor polsek,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Ustadz Abdul Azis melaporkan Pendeta HKBP Palti Panjaitan ke Polres Kabupaten Bekasi, dengan laporan nomor: LP/1395/K/XII/2012/SPK/Resta Bekasi. Tak sendirian, Ustadz Aziz didampingi pengacara, beberapa saksi dan pengurus Forum Komunikasi Umat Islam (FKUI) Warga Jejalen Jaya. Ustadz Abdul Azis melaporkan Palti atas aksi dugaan pemukulan ketika ia tengah menertibkan massa yang mara atas kegiatan gereja tanpa izin HKBP Filadelfia.
Abdul Aziz juga meluruskan berita salah kaprah yang selama ini beredar bahwa warga tidak toleran terhadap jemaat gereja. Pasalnya, di desa Jejalen belum berdiri gereja. Yang ada hanyalah lahan kosong milik gereja yang belum dibangun gereja apapun. “Versi mereka ingin berkebaktian di gereja. Tapi mana ada gerejanya? Lihat aja lokasinya, yang ada hanya tanah kosong!” tegasnya usai melakukan BAP di Bekasi. “Mereka biasa menggelar kebaktian di pinggir jalan di depan tanah kosong itu,” tambahnya.
Selain itu, Abdul Aziz membantah jika warga Jejalen Jaya tidak ingin berdampingan dengan pemeluk agama lain. Warga hanya keberatan jika kampungnya dijadikan gereja oleh orang dari luar. “Jemaat dia juga bukan pribumi HKBP di Jejalen Jaya. Jemaat yang biasa datang kesini adalah orang luar dari Pondok Ungu, Klender dan lain-lain yang dikerahkan untuk meramaikan Jejalen Jaya. Di sini memang ada beberapa warga Kristen pendatang, tapi mereka justru kebaktian di gereja di luar Jejalen Jaya,” tandasnya. (bilal/arrahmah.com)