SWAT (Arrahmah.com) – Pemerintah Pakistan mengganti sebuah nama kampus di lembah Swat dengan nama Malala Yousafzai, gadis remaja yang dikenal vokal menentang syariat Islam dan pro-Barat yang ditembak oleh pria bersenjata yang diduga adalah anggota Mujahidin Taliban Pakistan (TTP).
Pakistan menamai sebuah kampus negeri khusus perempuan di Swat, Government Degree College Saidu Sharif dengan nama “Government Malala Yousafzai Degree College” karena dianggap Malala adalah simbol “perjuangan pendidikan perempuan,” meskipun hal ini dibantah oleh warga lokal.
Langkah pemerintah Pakistan ini mengundang protes dari para mahasiswi kampus tersebut, mereka tidak ingin nama Malala dijadikan nama kampus mereka. Karena khawatir mereka akan dianggap sama dengan gadis 15 tahun yang kontroversial itu.
Sekitar 150 mahasiswi memboikot kelas di kampus yang terletak di barat laut Lembah Swat itu, mereka melempari gambar Malala dengan batu dan merobek-robeknya.
“Kami tidak akan membiarkan pemerintah mengubah nama kampus kami dengan seorang gadis mengolok-olok Pardah (kerudung) dan janggut,” kata Salma Yousafzai, seorang mahasiswa di Saido Sharif, kepada Onislam.net.
“Kami telah memberikan ultimatum tiga hari kepada pemerintah untuk mengubah keputusannya, jika tidak, kami akan melanjutkan protes kami.”
Menurut laporan, Malala yang sangat dielu-elukan oleh Barat itu sekarang berada di Inggris “untuk perawatan.”
“Malala sendiri sekarang berada di Inggris tetapi para gadis lainnya akan tetap di Swat. Dia tidak akan kembali ke Pakistan, maka apa perlunya mengganti nama kampus ini dengan namanya?,” kata Mah Nur, salah satu mahasiswi setempat.
Nama Malala pertama kali melejit pada saat berusia 11 tahun dengan menulis untuk BBC berbahasa Urdu pada 2009 dengan nama pena Gul Makai yang mana dia menggambarkan bagaimana kehidupan di lembah Swat selama pemerintahan Taliban.
Dalam catatannya, Malala dikenal mengkritis keras pemerintahan Islam, juga menulis pernyataan kontroversial tentang pakaian Muslimah dan janggut.
Salah satu catatanya berisi pernyataan, “Ketika aku melihat pria berjanggut mengikutiku, itu mengingatkanku pada Fir’aun (Mesir).”
Dia juga dilaporkan telah menulis pernyataan, “Kerudung mengingatkanku pada jaman batu.”
Namun, para jurnalis meragukan apakah catatannya itu ditulis oleh Malala sendiri atau hanya mengatasnamakan Malala. Mereka berargumen bahwa catatan tersebut ditulis oleh ayahnya Ziauddin Yousafzai, kepala sekolah miliknya sendiri di Mingora, ibukota Swat, yang bekerjasama dengan wartawan BBC di Peshawar, menulis catatan tersebut atas nama puterinya.
Menurut para pengamat, catatan tersebut ditulis dalam bahasa Urdu dengan tata bahasa yang sempurna. Penggunaan kosakata yang sangat baik dan refernsi sejarah yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh gadis 10 tahun.
Malala, icon pendidikan perempuan?
Para mahasiswi juga sangat marah dengan tindakan mengusung Malala sebagai simbol pendidikan bagi perempuan di Pakistan. Menurut mereka, Malala tidak melakukan apa-apa untuk kemajuan pendidikan perempuan di wilayah mereka.
Terlebih, penghinaan terhadap pakaian Muslimah adalah hal yang tidak sepantasnya disematkan kepadanya gelar terhormat.
“Malala tidak melakukan apa-apa untuk pendidikan perempuan,” kata Subohi Khan, mahasiswi yang ikut dalam demonstrasi, kepada Onislam.
“Penyorotannya hanya karena alasan apa yang disebut catatan hariannya yang dia tulis untuk BBC. Setiap orang di sini tahu, catatan itu ditulis oleh ayahnya, yang merupakan anggota partai sayap kiri Partai Nasional Awami (ANP),” tambahnya.
“Dia (Ziauddin) tidak bisa mengatakan apa-apa secara terbuka terhadap Taliban, dan dia menggunakan bahu anaknya, yang dianggap sangat buruk di masyarakat Pashtun.”
“Tidak seharusnya ini dikaitkan dengan pendidikan perempuan dan tidak seharusnya digunakan untuk memfitnah nilai-nilai Islam,” lanjut Khan.
“Dia (Malala) bukan diserang karena dia bekerja untuk pendidikan perempuan, tetapi karena catatan yang ditulis ayahnya dan digunakan untuk mengecam Taliban.”
“Pardah (kerudung) adalah perintah dari Allah di dalam Al-Qur’an untuk wanita Muslim. Ini bukan perintah Taliban atau kelompok militan lainnya. Oleh karena itu siapa saja yang mengolok-olok perintah Allah hanya untuk memenuhi keinginan Barat atau mendapatkan dolar, kami tidak ada hubungannya dengan dia, ” tegas Khan. (siraaj/arrahmah.com)