JAKARTA (Arrahmah.com) – Densus 88 yang menangkap aktivis Masjid Baitul Amin, Waringinrejo, Sukoharjo, Ihsan dan Toni dengan tuduhan terlibat teroris menjadi bukti pasukan antiteror milik aparat kepolisian menaruh kebencian ke Islam.
Demikian dikatakan Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya seperti dilansir itoday, Selasa (11/12).
Menurut Harits penangkapan terhadap Ihsan dan Toni yang merupakan aktivis masjid sebuah kesengajaan untuk memberikan citra buruk terhadap Islam. “Upaya ngawur untuk membangun citra buruk kelompok-kelompok Islam dan aktivisnya,” ujar Harits.
Kata Harits, ada kemungkinan penangkapan terhadap orang-orang yang diduga teroris tidak berhenti kepada Ihsan dan Toni. “Bisa saja merembet kepada kelompok-kelompok lain dengan modus tertentu yang sama atau beda sama sekali,” tegas Harits.
Selain itu, Haris juga mengatakan, Densus 88 dan BNPT sengaja mau memelihara isu terorisme dengan menangkapi banyak aktivis masjid dan Islam dengan bukti prematur bahkan hanya berdasarkan dugaan.
“Densus 88 yang merekayasa keterkaitan-keterkaitan dengan kelompok tertentu dengan jaringan teroris banyak menabrak rambu-rambu hukum (criminal justice system),” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, seorang warga Waringinrejo RT 05/21, Kelurahan Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang berjualan kebab bernama Ihsan ditangkap Densus 88 karena diduga terlibat dalam aksi terorisme.
Ihsan yang juga sehari-hari menjadi muadzin di Masjid Baitul Amin, Waringinrejo, Sukoharjo ditanggap Densus 88 di perempatan Pabrik Konimex, Cemani, Grogol, Sukoharjo saat dirinya berjualan kebab, Senin (10/12) malam.
Setelah ditangkap, Ihsan minta dipertemukan dengan seseorang yang telah banyak membantu dan dianggap seperti bapaknya sendiri bernama Martono. “Dia minta maaf dan mengaku bersalah. Dia juga berpesan, kalau ada teman yang mencarinya, saya disuruh bilang ke teman-temannya kalau Ihsan ditangkap polisi,” cerita Martono.
Selain itu, Densus 88 juga menangkap teman Ihsan bernama Toni. Kedua orang yang ditangkap Densus 88 itu tinggal di Masjid Baitul Amin, Waringinrejo bersama dengan Nur, sampai saat ini belum diketahui keberadaannya maupun keterkaitannya dengan aksi terorisme. (bilal/arrahmah.com)