DAMASKUS (Arrahmah.com) – Perang sengit antara rakyat muslim Suriah dan rezim jagal Nushairiyah Suriah telah berlangsung lebih dari satu setengah tahun. Puluhan ribu warga sipil muslim yang tak berdosa telah gugur oleh kebiadaban militer rezim Suriah.
Di tengah suasana perang yang berkecamuk, anak-anak kecil pun cepat tumbuh dewasa. Mereka memahami sepenuhnya derita mereka disebabkan oleh pesawat tempur, helikopter tempur, meriam, tank dan tentara rezim Suriah. Pikiran dan mata mereka tak bisa lagi ditipu bahwa rezim Nushairiyah adalah rezim jagal yang berlumuran darah kaum muslimin.
Di distrik Ghautah Timur, propinsi Pinggiran Suriah, anak-anak kecil setempat telah membentuk kesatuan perang tersendiri berkekuatan 11 anak kecil. Empat orang anak kecil berdiri dan menenteng senapan serbu. Dua anak kecil lainnya mengapit sebuah senapan serbu yang ditegakkan di tanah. Subhanallah, senapan itu bahkan lebih tinggi dari badan kedua anak imut tersebut.
Seorang anak perempuan tampak memegang pistol. Di sampingnya berdiri dua anak perempuan, namun tak tampak senjata di tangan mereka. Sementara itu seorang anak kecil yang memakai syal bendera Suriah nampak berdiri di depan sebuah laptop. Suaranya cukup lantang.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Telah terlaksana dengan pertolongan Allah semata, pembentukan brigade anak-anak Brigade Ar-Rahman di Ghautah Timur. Takbir!” kata bocah cilik yang menjadi komandan brigade tersebut.
“Allahu akbar!”, serentak anak-anak itu memekikkan takbir. Jika anak-anak kecil seusia mereka telah memahami kemuliaan dan kewajiban jihad fi sabilillah, sungguh kaum muslimin tak akan bisa dikalahkan oleh musuh-musuh Islam.
Sejak empat belas abad yang lalu, baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam telah menjelaskan, “Pusat kekuatan kaum muslimin pada saat peperangan besar terjadi adalah di Ghautah, dekat sebuah kota yang dinamakan Damaskus.” Hadits shahih riwayat imam Abu Daud, Ahmad, Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawi, Ath-Thabarani dan Ibnu ‘Asakir.
(muhib almajdi/arrahmah.com)