GAZA (Arrahmah.com) – Kedua pihak, Israel dan para tokoh dan Mujahidin Gaza, sama-sama mengklaim kemenangan militer setelah perang sengit selama 8 hari yang meninggalkan lebih dari 160 warga Palestina gugur, lebih dari 1000 luka-luka, dan sedikitnya lima warga Israel tewas.
Hamas dan Israel sepakat untuk gencatan senjata melalui mediasi Mesir pada Rabu (21/11/2012) malam, kesepakatan berlaku mulai pukul 21:00 waktu setempat.
Di Kairo, pemimpin Hamas Khalid Mash’al mengatakan bahwa pihaknya akan menghormati gencatan senjata ini jika Israel mematuhi isi kesepakatan, tetapi akan membalas jika terjadi pelanggaran apapun.
“Jika Israel mematuhi, kami mematuhi. Jika tidak dipatuhi, tangan-tangan kami berada pada pelatuk (senjata),” katanya dalam sebuah konferensi pers, dikutip Ma’an.
Mash’al berterimakasih kepada Mesir atas mediasi ini. “Kami telah keluar dari perang ini dengan kepala terangkat,” katanya, menambahkan bahwa Israel telah kalah dan gagal dalam “petualangannya.”
Ketua Jihad Islam Ramadhan Shallah juga berkomentar pada konferensi pers tersebut, mengatakan bahwa perang selama 8 hari ini adalah kekalahan terbesar bagi Israel dalam sejarahnya.
Sementara Israel juga tak mau kalah argumen dengan warga Gaza, mengatakan bahwa agresinya ini “sukses” dan bahwa tentaranya telah membombardir target-target “bernilai tinggi.”
Kepala Staf Militer Israel, Benni Gantz, dengan congkak menyatakan pada Rabu (21/11/2012) bahwa Gaza “bangun pada hari ini untuk mencari situasi baru, dengan kondisi hidup lebih sulit, karena partai Hamas akan membutuhkan beberapa tahun untuk merekonstruksi insfratustrukturnya dan pulih dari serangan-serangan Israel.”
Terkait gencatan senjata, Gantz mengatakan bahwa Israel akan melanjutkan agenda yang telah dilaksanakan (terkait Gaza) meskipun secara politik permusuhan telah “dihentikan.” (siraaj/arrahmah.com)