WASHINGTON (Arrahmah.com) – Dua pejabat tinggi dari pemerintahan Barack Obama meminta Senat segera meratifikasi perjanjian START dengan RUsia, dengan dalih bahwa keamanan nasional AS bergantung pada hal tersebut, lansir AFP pada Senin (15/11/2010).
“Perjanjian START baru juga layak segera diratifikasi. Keamanan nasional kita bergantung pada hal itu,” tulis Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Robert Gates dalam Washington Post.
Perjanjian yang ditandatangani oleh Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Obama di Praha pada bulan April lalu membatasi kedua negara dengan hanya diperbolehkan menggunakan hulu ledak nuklir maksimal 1.550 unit, dipotong sekitar 30 persen dari yang telah ditetapkan pada tahun 2002.
START baru yang juga merupakan salah satu inisiatif Obama dalam kebijakan luar negerinya menggantikan kesepakatan sebelumnya yang berakhir pada bulan Desember 2009 dan juga memerlukan pengesahan oleh parlemen Rusia, Duma. Partai Republik telah mengatakan mereka perlu memastikan bahwa senjata nuklir AS akan dimodernisasi dan bahwa perjanjian tersebut tidak akan menghambat upaya pertahanan rudal AS, meskipun tidak sedikit yang berkomentar dengan maksud mencegah Obama memperoleh kemenangan diplomatis utama sebelum pemilu.
Clinton dan Gates mengatakan perjanjian itu akan menciptakan hubungan yang lebih stabil, bisa diprediksi, dan kooperatif antara dua negara dengan kekuatan nuklir dunia yang terkemuka itu.
“Kami akan dapat menghitung jumlah senjata strategis dengan lebih akurat, karena kami akan bertukar data dengan mereka (Rusia) saat ini,” tulis Clinton dan Gates.
“START baru juga mengatur pengurangan senjata di masa depan, termasuk perundingan tentang senjata nuklir taktis,” bantah mereka.
“Ini akan membantu memantapkan hubungan AS dengan Rusia, yang telah memungkinkan kami untuk bekerja sama dalam bingkai kepentingan strategis.” (althaf/arrahmah.com)