BIREUN (Arrahmah.com) – Bentrokan berdarah antara warga dengan sebuah kelompok yang diduga aliran sesat pimpinan Teungku Ayub di Desa Jambo Dalam, Kecamatan Plimbang, Bireuen, Aceh, mengakibatkan 3 orang tewas dan 9 luka. Teungku Ayub (60) sendiri tewas dalam bentrokan terjadi pada Jumat (16/11/2012) malam, pukul 22.30 tersebut.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Aceh, Komisaris Besar Gustav Leo saat dihubungi, Sabtu (17/11/2012), mengungkapkan, situasi di lokasi kejadian sudah kondusif. Hingga Sabtu pagi, polisi masih mengadakan olah tempat kejadian perkara. “Kami masih mendalami pelaku-pelaku kejadian ini,” kata dia.
Menurut Gustav, korban yang berjatuhan berasal dari kedua belah pihak. Dari pihak kelompok Teungku Ayub ada 2 orang yang tewas, yaitu Ayub dan seorang pengikutnya. Dari pihak warga tercatat 1 orang tewas dan 9 luka.
Kejadian tersebut bermula dari kecurigaan warga terhadap aktivitas kelompok Teungku Ayub di rumahnya. Warga pun menduga ada kegiatan aliran sesat di rumah itu.
Pada pukul 22.30, sekitar 500 orang mendatangi rumah Teungku Ayub yang di dalamnya sedang berkumpul puluhan orang pengikutnya. Merasa akan diserang, kelompok Teungku Ayub bersiap. Mereka mematikan lampu. Dalam keadaan gelap, mereka menyerang ratusan orang yang datang tersebut dengan senjata tajam. Tak pelak, 1 orang tewas dan 9 lainnya luka dari massa.
Massa pun kocar-kacir. Korban dilarikan ke rumah sakit terdekat. Puluhan aparat kepolisian dibantu personel TNI mengamankan lokasi kejadian.
Warga tak terima dengan tindakan kelompok Teungku Ayub. Massa yang sebelumnya berjumlah 500 orang berkembang menjadi 1.500 orang. Dengan senjata tajam di tangan, mereka mendatangi kembali rumah Tengku Ayub. Bentrokan kembali terjadi. Akhirnya, Tengku Ayub pun tewas bersama seorang pengikutnya. Belum diketahui apakah ada korban lain selain dua orang itu.
Kesesatan kelompok Ayub
Menurut warga desa, sang pemimpin aliran itu mengajarkan empat hal yang dinilai salah kaprah, mulai dari tidak sempurnanya Al-quran hingga ibadah di tempat tanpa penerangan.
“Aiyub mengajarkan Al-quran bukan kitab yang sempurna. Kedua, salat Jumat tidak wajib bagi muslim laki-laki,” kata warga Desa Naseu, Kecamatan Pandrah, Syukri (42), di RSUD Fauziah Bireuen, Sabtu (17/11/2012).
Syukri merupakan salah satu korban dalam bentrokan tersebut. Ia terluka di leher, sikut, dan tangan kiri akibat sabetan senjata tajam.
Aiyub, lanjut Syukri, juga mengajarkan hubungan intim di luar nikah dibenarkan. Terakhir ia mengajarkan ibadah diharuskan dalam gelap gulita alias tanpa penerangan.
Kapolres Bireuen AKBP Yuri Karsono yang ditemui detikcom di lokasi kejadian membenarkan ajaran itu. Sebelumnya, Aiyub pernah dibawa ke Majelis Permusyawaratan Umat (MPU) dan diminta tidak menyebarkan ajaran tersebut.
“Tapi oleh warga dilaporkan, dia (Aiyub) masih menyebarkan ajaran itu hingga saat ini,” katanya. (bilal/dbs/arrahmah.com)