JAKARTA (Arrahmah.com) – Detik Surabaya, melalui wartawannya Sugeng Harianto, Senin (1/11/10) menurunkan tulisan berjudul “Takut Jadi Sarang Teroris, Warga Magetan Tolak Ponpes Darul Wahyain”. Ternyata, tulisan ini penuh hasutan dan plintiran. Bahkan Kades Sumberagung, Pak Miskun, tidak pernah merasa diwawancarai siapapun. Berikut wawancara eksklusif arrahmah.com dengan Ustadz Rosyid Ridho Ba’asyir Lc, Selasa pagi (2/11).
Bisa diceritakan Ustadz kronologis tuntutan pembubaran Pondok Pesantren Darul Wahyain ?
Baik, sebelumnya saya luruskan beberapa hal. Pertama, saya bukan pimpinan Pondok Pesantren Darul Wahyain. Pimpinan PP Darul Wahyain adalah Ustadz Hawin Murtadho. Kalau saya hanya pengasuh pondok saja.
Sekitar 1,5 tahun lalu, Ustadz Hawin Murtadho pernah diwawancarai oleh Sugeng, dia mengaku sebagai wartawan detik. Beliau diwawancarai sebagai mudhir (direktur) pondok. Saya tidak tahu tentang apa wawancara ketika itu, dan nampaknya orang yang sama (Sugeng) yang kemudian menulis berita saat ini, dan faktanya Pak Miskun, Kades Sumberagung tidak pernah merasa diwawancarai, bahkan dia mengungkapkan bahwa dia disuruh menandatangani surat (yang sudah jadi). Ini aneh!
Sebelumnya, saya bahkan diundang untuk mengisi pengajian oleh warga dan dihadiri sekitar 200 orang. Kalau warga menolak keberadaan pondok, tentu mereka tidak akan mengundang saya.
Saya juga sudah bicara langsung dengan Pak Kades, yaitu Pak Miskun, saya tanya, apa benar bapak ke Depag (Departemen Agama Magetan-Jalan Karya Darma-red). Beliau menjawab ya memang benar. Tapi beliau ke Depag bukan atas inisiatif sendiri tetapi karena diundang.
Jadi tidak benar kalau beliau yang mengumpulkan dan mengorganisir warga, beliau hanya diundang. Dan beliau juga tidak merasa diwawancara oleh siapapun, karena tidak ada yang mengaku dari wartawan detik pada saat itu dan meminta beliau untuk wawancara.
Jadi tidak ada wawancara dengan wartawan ? dan penandatanganan surat keberatan?
Saya sempat menunjukkan print berita yang ditulis oleh yang mengaku wartawan Detik Surabaya, Sugeng Harianto, kepada Pak Miskun, Kades Sumberagung, Magetan. Pak Kades Miskun kaget karena dirinya tidak pernah merasa diwawancarai. Bahkan menurutnya berita di dalam tulisan tersebut sudah diplintir.
Beliau hanya mengakui bahwa dirinya diundang ke Depag, dan ditanya-tanya soal izin yayasan dan izin bangunan PP Darul Wahyain. Kalau soal itu, saya bisa jawab bahwa PP Darul Wahyain berada di bawah yayasan Al Muslimun, pimpinan Ustadz Buchori. Jadi jelas, kami memiliki yayasan yang menaungi pondok. Adapun tentang izin bangunan kami sedang mengurusnya dan semua juga tahu bahwa sekian banyak pondok yang ada jarang yang memiliki izin bangunan.
Pak Kades juga mengungkapkan bahwa dia disuruh menandatangani surat (yang sudah jadi) tentang penolakan warga itu di kantor Depag. Beliau merasa ditipu dan dimanfaatkan. Bahkan di depan kita Pak Kades menyatakan mendukung ponduk Darul Wahyain.
Ustadz melihat ada kejanggalan dan rekayasan dalam penulisan berita tentang PP Darul Wahyain?
Ya, saya melihat ada beberapa hal yang bertentangan, terutama yang dikatakan sebagai tuntutan penolakan warga, karena sebenarnya warga sangat antusias dengan keberadaan pondok. Buktinya ada beberapa hal, diantaranya:
- Pada saat peresmian pondok. Pondok mengundang bapak bupati, namun berhalangan hadir meskipun bapak bupati mengatakan ingin sekali datang. Akhirnya bapak bupati mengutus bapak camat. Bapak kades Miskun saat itu juga hadir dan ikut bicara. Masyarakat juga banyak yang hadir. Semuanya resmi dan tidak ada masalah.
- Setelah pondok berjalan, Alhamdulillah, masyarakat sangat antusias dan merasakan manfaat dari kehadiran pondok, sebagaimana yang kami harapkan. Setiap pengajian yang diadakan, pesertanya selalu bertambah, sampai masjid diperluas karena sudah tidak cukup menampung banyaknya peserta yang hadir.
- Hajatan-hajatan dan acara masyarakat di sekitar selalu mengundang partisipasi pondok. Saya saja sudah diundang sekitar 4 kali sebagai pembicara. Padahal pondok baru saja berjalan selama 1 tahun. Jadi, mereka sangat antusias dengan kehadiran pondok. Sebaliknya, kalau kita mengadakan acara maka mereka selalu datang dengan jumlah yang banyak dan mereka baik-baik saja dengan kita.
- Warga membantu kerja bakti. Karena pondok terbatas keuangannya, maka kita secara kerja bakti membangun pondok. Warga malah menunggu-nunggu kapan mereka bisa berbuat dan membantu untuk pondok. Banyak bapak-bapak yang kerja tidak mau dibayar. Ini semua menunjukkan bahwa mereka sangat cinta dan peduli kepada pondok. Kalau meraka benci dan resah terhadap pondok, maka mana mau mereka membantu?
- Program-program yang diadakan oleh pondok Darul Wahyain juga selalu ramai diikuti oleh warga. Seperti hari Qurban, yang datang sektar 200 orang, Subhanallah. Kita panitia, buka bersama ketika Ramadhan, dan lainnya.
- TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) juga ada dan Alhamdulillah ketika awal dibuka langsung diserbu oleh sekitar 40-an anak. Kalau mereka tidak antusias sama kita, tentu mereka tidak mau.
Ini semua menurut saya adalah bukti bahwa mereka setuju dan antusias dengan keberadaan Pondok Pesantren Darul Wahyain.
Apa Yang Diajarkan Di Pondok Darul Wahyain Ustadz ?
Pondok Pesantren Darul Wahyain mengajarkan pokok-pokok ilmu keagamaan, mencetak kader-kader ulama. Makanya kita ada program Tahfidzul Qur’an (menghafal Al Qur’an-red) 30 juz, mengajarkan tafisrnya secara menyeluruh, mengajarkan hadits-hadits yang 6 kitab, aqidah, fiqh, siroh, dan pemikiran. Semuanya itu kita ajarkan dari buku-buku yang standard dan dapat diterima oleh semua ulama.
Apa saran dan nasehat Ustadz dari kejadian ini ?
Singkat saja, bahwasanya masyarakat ini sekarang punya problem besar, mereka tidak tahu urusan agama mereka, masalah pokok. Kami disini ingin berusaha, meski minim, ingin memberikan kontribusi di sini, dan juga untuk di dunia secara keseluruhan, karena kita juga punya web (situs-red).
Kami ingin menjelaskan dan menyampaikan perkara-perkara yang bisa menjadi kebutuhan-kebutuhan prinsip mereka, mulai dari masalah aqidah, akhlaq, dan yang lain. Jadi itu, yang kami ajarkan di sini, tidak muluk-muluk
Selain itu, kami mengharap masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita dan rekayasa yang tidak bertanggung jawab. Ini sudah terbukti, nyatanya Pak Miskun (Kades Sumberagung-red) menolak, membantah berita dari DetikSurabaya yang ditulis oleh wartawannya Sugeng itu.
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)