BURMA (Arrahmah.com) – Presiden Burma (Myanmar) telah mengakui terjadinya aksi penghancuran besar-besaran terhadap desa-desa dan kota di negara bagian Rakhine (Arakan), Burma Barat, BBC melaporkan.
“Telah terjadi insiden seluruh desa dan bagian-bagian kota dibakar di negara bagian Rakhine,” kata juru bicara Presiden Thein Sein kepada BBC.
Pernyataan ini muncul setelah Human Rights Watch (HRW) -pemerhati HAM internasional- merilis gambar yang diambil dari satelit yang menunjukkan ratusan bangunan hancur di kota Kyaukpyu saja, belum termasuk kota lainnya.
“Seluruh daerah telah dibakar habis, para penduduk terlihat jelas semuanya tiada,” kata Phil Robertson dari HRW.
HRW juga mengkonfirmasi bahwa warga Muslim Rohingya telah diserang oleh warga Buddhis.
Juru bicara kepresidenan Zaw Htay mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah telah memperketat keamanan di Arakan, jam malam telah diberlakukan.
Foto yang diambil dari satelit itu menunjukkan kondisi distrik Kyaukpyu pada 9 Oktober 2012 dan pada 25 Oktober 2012.
Pada 9 Oktober, sebelum terjadi serangan, ratusan rumah masih bisa terlihat di semenanjung kota, serta sejumlah rumah perahu di sepanjang garis pantai utara.
Tetapi foto yang diambil pada hari Kamis (25/10/2012), distrik seluas 35 hektar itu hampir semuanya rata, rumah-rumah tak terlihat lagi, hanya beberapa perahu yang masih ada.
Seorang wartawan lokal yang mengunjungi tempat kejadia mengatakan kepada cabang BBC di Burma bahwa daerah tersebut benar-benar hancur, dengan sebagian rumah masih mengeluarkan asap.
Di distrik lainnya, dengan populasi sekitar 3.000, hanya terlihat tiang-tiang rumah dan batang-batang pohon yang hangus.
Menurut laporan sementara, lebih dari 360 Muslim telah gugur akibat serangan dari warga Buddhis yang dibantu pasukan keamanan sejak Ahad pekan lalu dan lebih dari 3500 rumah ludes dilalap api. Ratusan Muslim terpaksa dikuburkan secara massal dalam satu liang karena keterbatasan yang ada.
Ribuan Muslim lainnya yang masih hidup berusaha menyelamatkan diri mereka dengan pergi menggunakan perahu-perahu untuk mencari tempat yang aman, namun mereka juga harus menghadapi hambatan tambahan, yaitu dikejar-kejar dan dihalangi oleh warga Buddhis dan pasukan keamanan. (siraaj/arrahmah.com)