MOGADISHU (Arrahmah.com) – Perdana menteri baru Somalia pada Senin (1/11/2010) berjanji untuk memfokuskan usahanya dalam menangani keamanan, meskipun banyak yang meragukannya mengingat kondisi pertempuran yang terus memanas, khususnya di Mogadishu.
Mohamed Abdullahi Mohamed, yang pengangkatannya telah disahkan oleh anggota parlemen pada hari Minggu, mengakui ia menghadapi tantangan yang sangat “monumental”. Pendahulunya berhenti pada bulan September sebagai kepala pemerintahan, yang saat ini hanya memiliki kontrol pada kurang dari setengah dari Mogadishu.
“Saya akan segera membentuk pemerintah yang menjadikan keamanan sebagai prioritas … dan menyelesaikan tugas yang dimandatkan,” kata Mohamed.
Mohamed akan mewarisi suatu administrasi yang bergantung pada pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika untuk kelangsungan hidupnya. Negara tanpa kejelasan hukum itu telah menjadi saksi terjadinya begitu banyak kekerasan sejak pada tahun 1991.
Agen-agen keamanan Barat mengatakan Somalia merupakan lahan subur bagi ‘militan’ Islam dan menjadi salah satu tempat yang banyak didatangi oleh para pejuang asing.
Berdasarkan ketentuan proses perdamaian yang ditengahi oleh PBB pada 2009, mandat Pemerintah Federal Transisi berakhir pada bulan Agustus 2011. Pada saat itu Somalia seharusnya telah mengadakan referendum untuk sebuah konstitusi baru dan pemilihan umum nasional.
Tapi kebanyakan analis politik pesimis bahwa Mohamed, mantan seorang diplomat berpendidikan AS, dan Presiden Sheikh Sharif Ahmed, seorang mantan pemberontak Islam, akan mampu melaksanakan tugas-tugasnya dalam batas waktu yang sudah ditentukan itu. (althaf/arrahmah.com)