(Arrahmah.com) – Seperti dilaporkan oleh stasiun TV Al-Jazeera pada Kamis sore (25/10), mujahidin Jabhah Nushrah menolak gencatan senjata antara rezim Nushairiyah Suriah dan wakil-wakil sekuler oposisi Suriah. Jabhah Nushrah bertekad melanjutkan jihad fi sabilillah sampai meraih kemenangan dan tidak mau terpedaya oleh konspirasi internasional yang hendak mengaborsi revolusi rakyat muslim Suriah.
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Jabhah Nushrah – Artikel Politik no. 2
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan seluruh sahabatnya. Amma ba’du.
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Mereka membuat makar dan Allah pun membuat makar. Sungguh Allah adalah sebaik-baik pembuat makar.” (QS. Al-Anfal [8]: 30)
Akhdar Brahimi memulai tugasnya di bumi Syam pada awal bulan September sebagai wakil dari PBB dan Liga Arab, berusaha mencapai kesuksesan atas apa yang gagal dilakukan oleh pendahulunya, Koffi Anan. Hari-hari penugasan Brahimi berjalan cepat tanpa seorang pun di negeri Syam yang mempedulikannya kecuali sekilas saja. Tidak ada yang bisa disebutkan dari hasil kerjanya selain “menyampaikan teguran” belaka.
Sebenarnya, Brahimi sejak awal tugasnya tidak menugaskan kepada dirinya sendiri janji apapun. Ia sejak awal meniadakan adanya rencana apapun untuk menyikapi pembantaian berdarah yang semakin memburuk dengan cepan. Seiring berjalannya waktu, ia masih saja ngotot menyatakan tidak memiliki rencana apapun. Ia hanya mencukupkan diri dengan menunjukkan kepada rakyat Syam keberadaannya dengan melakukan kunjungan ke sana-sini. Kunjungan itu lalu ditutup dengan pernyataannya bahwa ia berusaha untuk menyukseskan sebuah kesepakatan tertentu antara pihak-pihak yang bersengketa dan negara-negara yang berpengaruh.
Kemudian, Brahimi nampaknya merasa persoalannya semakin buruk, dan tidak layak bagi karir diplomatiknya yang cemerlang selama waktu yang panjang mengemban tugas-tugas internasional apabila kali ini ia tidak menghasilkan satu prestasi pun. Apalagi jika sekedar menyampaikan satu usulan pun ia tidak mampu.
Maka dalam pikiran Brahimi terbetik suatu ide “gencatan senjata Idul Adha”. Ia menjajakan ide tersebut lewat jalur politik dan media massa. Ia mengunjungi dan menemui para politikus dan pemegang kebijakan. Maka mereka sepakat berkonspirasi untuk mendukung, memuji dan melariskan ide tersebut. Sehingga seakan-akan ide tersebut adalah garis finish dan solusi atas seluruh problematika terbesar di negeri Syam.
Brahimi telah berjaga-jaga agar gencatan senjata dari peperangan ganas selama empat hari tersebut tidak menjadi bahan ejekan dan guyonan. Maka ia menegaskan bahwa gencatan senjata tersebut bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana belaka menuju gencatan senjata yang lebih besar, atau menghentikan secara total kontak senjata, sebagai langkah awal bagi semua pihak yang bertikai untuk duduk di meja perundingan.
Barangkali Brahimi mengetahui dari usahanya mengemis dan meminta-minta gencatan senjata dengan penuh rasa malu dari rezim thaghut negeri Syam bahwa sesungguhnya ia tengah memahat di atas batu.
Seorang yang tolol sekalipun akan mengetahui bahwa rezim thaghut Suriah tidak memiliki rasa percaya sedikit pun kepada kelompok-kelompok oposisi, baik oposisi yang bersenjata maupun oposisi yang tidak bersenjata.
Demikian juga, kelompok-kelompok oposisi tidak memiliki rasa percaya sedikit pun kepada rezim thaghut Suriah. Justru kelompok-kelompok tersebut meragukannya, karena mereka meyakini kemungkinan besar rezim thaghut Suriah tidak akan mampu memenuhi komitmen apapun, dan tidak mampu berbicara jujur, karena wataknya memang sudah demikian. Watak, seperti diungkapan dalam kata-kata mutiara, selalu mengalahkan akhlak yang baru dilatih.
Sudah dikenal luas dalam sejarah peperangan bahwa gencatan senjata hanya dipakai oleh pihak-pihak yang kuat sebagai taktik menina bobokkan pihak yang lemah agar mereka bahagia dan lengah, sehingga mereka duduk-duduk dan beristirahat dengan tenang. Akibatnya mereka tidak tersadar kecuali mereka telah terjatuh dalam lobang perangkap yang baru. Pada saat tersebut barulah mereka menyesal dan kecewa, namun tiada lagi gunanya penyesalan tersebut.
Adapun sikap Jabhah Nushrah li-Ahli Syam mujahidin Syam di medan jihad, maka kami menegaskan bahwa kami telah menetapkan sikap kami sejak penjelasan pertama dengan sangat jelas, dan kami telah menjelaskan tujuan-tujuan kami dan sarana-sarana kami sehingga tidak ada ruang lagi untuk ragu-ragu. Berdasar hal itu maka:
Tidak ada gencatan senjata antara kami dan rezim Suriah durjana ini yang menumpahkan darah kaum muslimin dan menodai kehormatan mereka. Tidak ada hubungan antara kami dan rezim Suriah durjana ini selain hubungan pedang, demi Allah, sampai Allah Yang memberi keputusan di antara kita dan Allahlah sebaik-baik pemberi keputusan; sampai Allah menetapkan urusan-Nya dan urusan Allah pasti terlaksana.
Sejak kami berangkat dan memulai jalan jihad fi sabilillah ini, kami telah bertekad kuat –dengan pertolongan Allah semata— untuk mengangkat panji kami secara jelas tanpa kesamaran sedikit pun, secara bersih tanpa kotoran sedikit pun, dengan memohon kepada Allah semoga memuliakan kami dengan menolong agama-Nya dan hamba-hamba-Nya, mengalahkan musuh-musuh-Nya dan menghancurkan mereka, bukan perundingan damai dengan mereka. Dan bagi Allah, menghancurkan musuh-musuh-Nya bukan perkara yang sulit.
Kami memandang bahwa gencatan senjata dan tambahan waktu yang selalunya diberikan (kepada rezim Suriah) adalah bagian dari makar yang dibuat siang dan malam, sebagai konspirasi orang-orang Barat dan Timur yang memusuhi Islam secara lahir dan batin. Dengan izin Allah, kami bukanlah orang-orang yang memberi peluang bagi para pembuat makar seperti mereka untuk mempedayai kami. Kami juga bukan orang-orang yang mau menerima permainan-permainan kotor seperti ini yang menjerumuskan kepada “kolam-kolam yang dangkal”, di mana orang menyangka sedang membuat tipuan padahal ia sendiri menjadi korban penipuan atau ia menyangka sedang membuat maker padahal ia sendiri menjadi korban makar.
Sesungguhnya Jabhah Nushrah mewasiatkan kepada putra-putranya dan orang-orang yang menaruh kepercayaan kepadanya, untuk tidak cenderung (berpihak) kepada orang-orang yang zalim agar mereka tidak terkena api neraka, sebagai bentuk dari pelaksanaan perintah Allah ‘Azza wa Jalla:
وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللّهِ مِنْ أَوْلِيَاء ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ
“Dan janganlah kalian cenderung walau sedikit kepada orang-orang zalim, sehingga kalian disiksa dengan api neraka dan kalian tidak memiliki pembela dari (murka dan azab) Allah, kemudian kalian tidak ditolong.” (QS. Hud {11]: 113)
Hendaknya putra-putra dan para pendukung Jabhah Nushrah bersabar, sekalipun pengorbanan yang harus mereka berikan sangat besar dan ujian demi ujian yang keras menimpa mereka, sebagai bentuk dari pelaksanaan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, “Sesungguhnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran.”
Hendaknya mereka semua mengetahui bahwa bersama kesulitan terdapat kemudahan. Ketahuilah, sesungguhnya keadaan orang-orang yang beriman senantiasa adalah kebaikan. Hanya ada kemenangan atas musuh-musuh Allah, atau gugur berpulang kepada surga Allah yang kekal. Hari kemenangan dan kekalahan itu silih berganti, semoga datang suatu hari saat daulah Islam kembali tegak.
Jabhah Nuhsrah li-Ahli Syam
Dari Mujahidin Syam di Medan jihad
Bidang Media
Janganlah Anda melupakan kami dalam doa Anda
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam
8 Dzulhijah 1433 H / 24 Oktober 2012 M
(muhib almajdi/arrahmah.com)