TRIPOLI (Arrahmah.com) – Setelah lima minggu penyelidikan, tidak ada bukti yang ditemukan yang menguatkan dugaan pejabat AS bahwa serangan terhadap konsulat AS di Libya itu direncanakan atau terkait dengan Al Qaeda, ungkap beberapa pejabat intelijen AS yang tidak ingin disebutkan namanya seperti yang dilansir Rusia Today.
Para pejabat intelijen AS mengatakan serangan 11 September yang menewaskan Duta Besar AS untuk Libya, J. Christopher Stevens kemungkinan besar merupakan serangan spontan, bukan operasi yang telah diatur sebelumnya, lapor Los Angeles Times.
Setelah menyaksikan reaksi keras di Kairo untuk film anti-Islam “Innocence of Muslims” yang disebarkan di YouTube, para pendemo di Libya dilaporkan memutuskan untuk melakukan kerusakan di dekat Kedutaan AS di Benghazi.
Serangan itu dilakukan dengan minimnya perencanaan, ujar seorang pejabat. “Para penyerang memperlihatkan tindakan disorganisasi. Beberapa bergabung saat serangan berlangsung, beberapa tidak memiliki senjata.”
Partai Republik AS menuduh Al Qaeda di balik serangan dan mengatakan pemerintahan Obama gagal untuk mengamankan warganya di luar negeri dan berusaha untuk menutupinya.
Lima minggu setelah penyelidikan, tampaknya meragukan bahwa Al Qaeda terlibat dalam serangan itu.
“Tidak ada data intelijen bahwa penyerang merencanakan serangan mereka sebelum peristiwa berlangsung,” tulis LA Times mengutip pejabat AS.
Seorang petugas polisi yang telah berhenti bertugas datang ke lokasi kejadian dan mengatakan “militan” menarik senjata mereka dan mengatakan kepadanya bahwa “Amerika telah menyerang nabi kami”.
Saksi lain menggambarkan sebuah adegan di mana para penyerang tampaknya warga sipil yang membawa senjata, serta beberapa pejuang yang berpengalaman. Bukti-bukti yang dikumpulkan tidak mampu menemukan hubungan dengan Al Qaeda, menurut LA Times. (haninmazaya/arrahmah.com)