AMMAN (Arrahmah.com) – Gerakan oposisi Islam Yordania pada Sabtu (20/10) mengecam keras sikap pemerintah Mesir dan Yordania yang mengirimkan duta besar untuk Israel. Mereka menuntut negara-negara Arab tidak menjalin hubungan diplomatik dengan negara penjajah zionis Yahudi tersebut.
Hal itu diungkapkan dalam pernyataan resmi Komisi Eksekutif Gerakan Perlindungan Tanah Air dan Perlawanan Normalisasi Hubungan yang dikepalai oleh syaikh Hamzah Manshur. Manshur adalah Sekjen Partai Front Amal Islam, sayap politik Ikhwanul Muslimin Yordania dan salah satu kelompok oposisi paling menonjol di Yordania.
“Kami mengingkari dengan tegas sikap pemerintah Yordania dan Mesir yang mengirimkan dua orang duta besar untuk negara zionis yang meyahudikan tanah (Palestina), menodai tanah suci dan menyiksa bangsa Palestina.” kata pernyataan resmi tersebut.
Komisi Eksekutif itu menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk menolak normalisasi hubungan dengan penjajah zionis Yahudi, negara rasis yang tegak di atas dasar perampokan dan permusuhan.
Dubes Mesir untuk Israel, Athif Salim dan Dubes Yordania untuk Israel, Walid Ubaidat, tiba di Tel Aviv pada hari Rabu (17/10). Keduanya menyerahkan berkas-berkas tugas mereka kepada presiden penjajah zionis Yahudi, Shimon Perez.
Komisi Eksekutif juga menyampaikan ungkapan bangga dan hormat kepada marga Ubaidat yang merefleksikan perasaan rakyat muslim Yordania dan menolak penunjukan salah seorang putra dalam marga tersebut, Walid Ubaidat, sebagai Dubes Yordania untuk Israel.
Marga Ubaidat sendiri telah meminta kepada Walid Ubaidat untuk menolak penunjukan dirinya sebagai Dubes Yordania untuk Israel.
“Siapa yang mau menerima jabatan tersebut dan meletakkan telapak tangannya pada telapak tangan pihak yang merampok bumi Palestina, membantai dan mengusir rakyat Palestina, serta menodai tanah suci umat Islam, maka ia telah melanggar segala hal yang diharamkan dan lampu merah. Hal itu merupakan kejahatan besar terhadap umatnya dan marganya yang berlepas diri dari orang itu dan orang-orang yang seperti dirinya, “kata pernyataan resmi marga Ubaidat.
Jabatan Dubes Yordania untuk Israel mengalami kekosongan pada pertengahan 2010 setelah Dubes saat itu, Ali Al-Ayid, diangkat menjadi Menkom Info Yordania. Parlemen Yordania kemudian menetapkan Walid Ubaidat sebagai Dubes Yordania untuk Israel pada bulan Oktober 2012.
Hubungan diplomatik antara Yordania dan Israel bukan hal yang mengejutkan. Kerajaan Yordania sendiri adalah “upah” penjajah Inggris kepada keluarga Syarif Husain, penguasa Makkah yang membantu Inggris dan memimpin revolusi Arab melawan Turki Utsmani dalam Perang Dunia I. Akibat revolusi itu, Inggris merebut Palestina pada 1917 dan Israel diproklamasikan pada 1948.
Hubungan diplomatik Mesir dan Israel di era presiden Muhammad Mursi cukup mengejutkan. Selain mengakui eksistensi penjajah Israel dengan menetapi perjanjian Camp David, Mursi juga mengirim Dubes Mesir untuk Israel. Kebijakan presiden yang diusung oleh Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin Mesir itu akan membuat “prestasi”nya sama dengan Anwar Sadat.
Padahal dahulu syaikh Hasan Al-Bana, pendiri dan mursyid ‘am Ikhwanul Muslimin, justru syahid dibunuh karena mengirim pasukan jihad untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman zionis Yahudi. Nampaknya revolusi rakyat muslim Mesir masih panjang. Presiden telah berubah, namun kebijakan luar negerinya masih sama.
(muhib almajdi/arrahmah.com)