JAKARTA (Arrahmah.com) – Dengan alasan studi banding, Komisi V DPR melakukan kunjungan ke Italia. Tak berlebihan jika kepergian para wakil rakyat di saat Indonesia tengah dilanda sejumlah bencana ini, membuat mereka dicap tak berempati.
“Saya kira sebaiknya jika ada kesempatan untuk menunda, ya seharusnya ditunda. Biar ada empatilah. Kalau seperti ini kan mereka seperti tidak memiliki empati,” tandas pengamat politik Bahtiar Effendy, Kamis (28/10/2010) malam.
Menurut Bahtiar, wakil rakyat seperti anggota dewan setidaknya berperilaku jangan sampai kontras dengan apa yang menimpa rakyat Indonesia. Karena jika dipaksakan berangkat, seperti yang terjadi sekarang ini, akan mencoreng citra DPR di mata masyarakat.
“Kunjungan itu kan biasanya disesuaikan dengan apa yang terjadi di negeri ini. Beberapa saat ini kan Indonesia sedang terjadi. Kalau bisa ya jangan dipaskan di tanggal-tanggal inilah.”
Seperti diberitakan sebelumnya, kunjungan anggota Komisi V ini akan berlangsung selama lima hari untuk studi banding rumah susun di Italia. Mereka bertolak dari tanah air pada Selasa (26/10) malam. Padahal seperi diketahui, pada Senin malam terjadi gempa yang disusul gelombang tsunami di Kabupaten Mentawai, Sumbar.
Mereka yang berangkat adalah Yasti Soepredjo Mokoagow dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) dan Muhidin Mohamad Said dari Fraksi Partai Golkar, masing-masing selaku ketua delegasi. Lalu ada empat orang dari Fraksi Partai Demokrat, tiga dari dari Fraksi Partai Golkar, dua dari FPDI-P, dua orang dari FPPP, lalu masing-masing satu orang dari FPKS, FPKB dan F-Gerindra.
Sikap diam-diam ini bertentangan dengan instruksi pimpinan Dewan sebelumnya. Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, sempat menegaskan bahwa semua kunjungan ke luar negeri harus dilakukan transparan.
Salah satu caranya adalah dengan menyampaikan ke publik maksud dan tujuan studi banding sebelum dan sesudah melakukan perjalanan. Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh anggota Komisi V.
Sementara itu, anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PDIP Budiman Sudjatmiko mengatakan Kelompok Komisi II fraksi PDIP telah memutuskan tidak ikut studi banding ke China karena bisa menyakiti hati rakyat yang tengah dilanda musibah.
“Sehubungan dengan rencana Komisi II untuk studi banding ke China dan India dalam rangka mempelajari sistem administrasi kependudukan di kedua negara besar tersebut, Kelompok Komisi (Poksi) II Fraksi PDI Perjuangan dalam rapatnya telah memutuskan untuk tidak ikut dalam studi banding tersebut,” katanya.
Menurut Budiman, setidaknya ada dua alasan penolakan fraksi PDIP terhadap studi banding tersebut yaitu solidaritas, simpati serta empati terhadap masyarakat Indonesia yang terkena musibah bencana alam baik tsunami, tanah longsor maupun meletusnya gunung Merapi, serta memboroskan anggaran.
“Di tengah bencana yang akhir-akhir ini menimpa tanah air, kami merasa perlu ada sikap empati dan solidaritas pada saudara-saudara setanah air yang sedang dilanda musibah,” katanya.
Menurut dia, sejumlah bahan tentang sistem administrasi kependudukan bisa diunduh atau diminta dari sumber-sumber pemerintahan kedua negara dengan meminta bantuan dari KBRI di kedua negara tersebut.
Budiman juga menambahkan, jika memang dirasa perlu untuk mendengarkan langsung mengenai praktik dan pelaksanaan sistem administrasi kependudukan di China dan India, lebih baik mengundang pakar atau pejabat yang berwenang dari China dan India untuk berdiskusi secara komprehensif dengan Komisi II.
“Ini akan menghemat dan menekan biaya dibandingkan jika melakukan studi banding. Lagi pula Poksi II F-PDIP sudah berkali-kali mengundang sejumlah pakar dari dalam negeri yang pengetahuan dan pengalaman mereka cukup memadai untuk mendapatkan gambaran tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK),” katanya.
Komisi II DPR menjadwalkan kunjungan Ke China untuk mempelajari sistem administrasi kependudukan pada 1 November 2010.(haninmazaya/suaramedia/arrahmah.com)