PESHAWAR (Arrahmah.com) – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hanya 50 orang yang gugur dalam serangan drone pembunuh AS di Pakistan adalah “militan” sedangkan sebagian besar lainnya adalah warga sipil.
Penelitian ini dilakukan oleh Universitas Stanford dan new York, menyimpulkan bahwa Washington meneror perempuan dan anak-anak sepanjang waktu dengan serangan pesawat tak berawak.
“Ini menunjukkan bahwa serangan drone pergi lebih jauh dari sekedar membunuh warga sipil tak bersalah. Seluruh wilayah sedang diteror oleh ancaman kematian dari langit,” ujar Clive Stafford smith, direktur badan amal Repive yang juga berpartisipasi dalam mewawancarai saksi mata untuk laporan tersebut.
Menurut penelitian, wilayah kesukuan Pakistan yang dekat dengan perbatasan Afghanistan, telah menyaksikan sedikitnya 345 serangan drone selama delapan tahun terakhir.
Penelitian juga menunjukkan konsekuensi yang lebih jauh mendalam dari sekedar korban, saat mereka yang selamat dari serangan harus menderita trauma psikologis yang mendalam.
Serangan drone pembunuh ini telah memicu protes anti-AS di seluruh Pakistan. Otoritas Pakistan hanya mengutuk dan mengecam tindakan AS, tanpa melakukan tindakan nyata untuk menghentikan aksi brutal AS. (haninmazaya/arrahmah.com)