BERLIN (Arrahmah.com) – Pemimpin NATO memperingatkan bahwa sikap Wikileaks dalam merilis sejumlah dokumen rahasia perang milik Amerika Serikat, meskipun dinilai tidak ada kaitannya dengan undang-undang kerahasiaan.
Anders Fogh Rasmussen hari Jumat (22/10/2010) memperingatkan jika situs Wikileaks tetap mempublikasikan dokumen militer tersebut, maka akan banyak kehidupan tentara dan warga sipil yang terancam.
“Kebocoran tersebut sangat disayangkan dan mungkin memiliki implikasi keamanan yang sangat negatif bagi orang-orang yang bersangkutan,” kata Rasmussen dalam konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, di Berlin.
“Kebocoran bisa menempatkan tentara serta masyarakat sipil dalam bahaya,” tambahnya.
WikiLeaks pada Senin mengumumkan akan merilis lebih banyak dokumen secepat mungkin.
Sebuah pesan yang dimuat di halaman Twitter juga mengatakan, “Konferensi Besar WikiLeaks di Eropa akan segera datang.”
“Kami belum bisa mengomentari apa yang akan kami lakukan dan belum bisa memberikan waktu yang pasti,” kata Kristinn Hrafnsson, kolaborator dekat Julian Assange, pada AFP.
Pentagon mengatakan pekan lalu pihaknya membuat tim yang berjumlah 120 orang yang akan bertugas untuk mengkaji database perang Irak serta mengkaji dampak yang akan timbul dari dirilisnya sekitar 400.000 laporan militer rahasia oleh Wikileaks.
Pentagon menghimbau media agar tidak memberitakan dan memfasilitasi meruaknya kebocoran dokumen tentang Irak.
“Media harus berhati-hati agar tidak memfasilitasi bocornya dokumen tersebut,” kata juru bicara Pentagon, Kolonel Dave Lapan. Ia menambahkan, membantu Wikileaks sama dengan memberikan legitimasi yang lebih besar bagi Wikileaks. Namun Lapan tidak memberikan ancaman hukum dan mengatakan sejauh ini belum ada outlet berita yang menunjukkan kecenderungan untuk bekerja sama dengan WikiLeaks.
Sejumlah surat kabar AS berpendapat bahwa media tidak berkewajiban hukum untuk mematuhi aturan kerahasiaan yang dirancang untuk diterapkan pada karyawan pemerintahan, dan sejak dahulu publikasi dokumen-dokumen rahasia itu menjadi salah satu cara untuk melayani kepentingan umum.
Wikileaks telah menerbitkan 77.000 dokumen rahasia militer AS mengenai perang Afghanistan pada bulan Juli dan berencana untuk mempublikasikan 15.000 dokumen lainnya.
WikiLeaks pertama kali merilis file-file untuk tiga media, New York Times, Guardian, dan Der Spiegel, tapi tidak jelas jika website akan mengambil pendekatan yang sama mengenai dokumen Irak.
WikiLeaks tidak memberikan informasi mengenai sumber dokumen. Wikileaks merasa harus lebih waspada mengingat sebelumnya pun Bradley Manning, seorang analis intelijen Angkatan Darat AS, saat ini berada dalam tahanan militer.
Manning ditangkap Mei setelah WikiLeaks merilis cuplikan video dari serangan helikopter Apache AS di Irak yang menyebabkan tewasnya warga sipil. Manning dijerat karena tuduhan memberikan informasi pertahanan kepada sumber yang tidak sah. (althaf/arrahmah.com)