OTTAWA (Arrahmah.com) – Sembilan tahun setelah serangan 9 September 2001, mayoritas warga Kanada tidak percaya bahwa muslim dapat mengembangkan nilainya (baca: mengkompromikan nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai ‘modern sekular’ -Red.). Demikian menurut poling opini publik yang dilakukan Leger Marketing Kanada dan Caravan di Amerika Serikat.
Dalam poling yang dilakukan awal bulan ini, hampir 55 persen responden masyarakat Kanada dan 50,3 persen masyarakat Amerika tersebut menolak ketika ditanyakan ‘apakah Muslim dapat menyesuaikan nilai.’
Namun, terdapat perbedaan hasil yang signifikan dari hasil poling yang diperoleh dari berbagai wilayah di Kanada. Sebanyak 72 persen responden si Quebec mengatakan muslim enggan untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai setempat. Berbeda jika dibandingkan dengan yang mengatakan sebaliknya, yakni hanya 19 persen, sementara prosentase menurun menjadi 35,5 persen di British Columbia dimana 40,8 persen menyatakan muslim mau berbagi nilai.
Poling yang dilakukan Ontario dan Alberta mendekati rata-rata prosentase nasional. Di Ontario, misalnya 54,5 persen mengatakan muslim tidak ingin berbagai nilai dibandingkan dengan 34,9 persen yang mengatakan sebaliknya. Sementara di Alberta, 57,9 persen masyarakat disana mengatakan nilai-nilai muslim tidak terkembangkan. Bandingkan juga dengan yang mengatakan sebaliknya, yakni sebesar 32,4 persen.
Direktur Eksekutif Asosiasi Studi Kanada, Jack Jedwed, yang melakukan poling bersama dengan Yayasan Hubungan Ras mengatakan, opini masyarakat Kanada terhadap muslim membuat hubungannya semakin buruk dalam beberapa tahun sebelumnya.
“Saya pikir yang mengkhawatirkan saya adalah ketika anda melihat hasil itu kecenderungannya digeneralisir,” ujarnya. “Kecenderungannya yang nantinya akan timbul adalah melihat seorang muslim atau kelompok di masyarakat dimana muslim semakin rumit dan kelihatannya mereka siap akan kecenderungan untuk digeneralisir di semua kelompok,” tandasnya.
Ayman Al Yassini, direktur eksekutif Hubungan Ras Kanada, membenarkan bahwa situasi rasial menjadi lebih buruk. Menurutnya, penting bagi muslim di Kanada untuk membuka diri dengan masyarakat Kanada lainnya.
“Mereka harus menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya dan menjembatani diri.”
Salah satu perbandingan terbesar terlihat di anatara warga Kanada yang berbahasa Inggris dan Perancis. Hasil poling menunjukkan 49,7 persen warga Kanada yang berbahasa Inggris tidak merasakan bahwa muslim mau mengintegrasikan diri dengan nilai-nilai mereka, sedangkan 37,9 persen sebaliknya. Sementara dari responden yang berbahasa Perancis 74 persen tidak menganggap muslim mau mengintegrasikan diri dan hanya 17,4 persen yang sebaliknya.
Jedwab menyatakan bahwa kontroversi dan pemberitaan media di Quebec selama beberapa tahun terakhir mengenai isu-isu sensitif menyangkut etnis minoritas (muslim) seperti penggunaan niqab oleh perempuan muslim, memiliki kontribusi pada sikap warga Quebec dan Franchophones.
Survei ini dilakukan melalui situs selama satu minggu dari 6 September dengan jumlah responden sebanyak 1.700 orang di Kanada dan 1.000 orang di AS. (althaf/arrahmah.com)