WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sekitar satu bulan sekali Badan Intelijen Pusat AS (CIA) mengirimkan faksimil pada salah seorang jenderal di layanan intelijen Pakistan mengenai wilayah yang akan dijadikan sasaran penyerangan pesawat tempur drone milik AS, berdasarkan keterangan sejumlah pejabat.
Pakistan, yang sering secara terang-terangan menentang program tersebut, bungkam seribu bahasa.
Keterangan ini dilansir oleh Wall Street Journal.
Faks tersebut tidak akan menyebutkan target secara spesifik, namun hanya garis besar mengenai jangkauan wilayah yang akan digunakan oleh pesawat tak berawak, yang selalu berputar di sekitar perbatasan Pakistan-Afghanistan.
Atas dasar ini, ditambah fakta bahwa Pakistan terus membersihkan udara di daerah target, pemerintah AS menganggap bahwa pihaknya memiliki persetujuan secara diam-diam dari Pakistan untuk melakukan serangan.
Dalam pidato publik, pejabat pemerintahan Obama telah menggambarkan penggunaan drone AS untuk membunuh ‘militan’ yang dicari di seluruh dunia. Namun kemudian pejabat tersebut cepat-cepat mengakhiri pembicaraan seputar drone karena menganggap hal ini sebagai program rahasia, kutip WSJ.
Menurut laporan itu, AS membenarkan legalitas serangan drone dengan mengutip diamnya Pakistan sebagai persetujuan secara tidak langsung.
Sementara sejumlah kecaman terus menggema terhadap serangan tak berperikemanusiaan ini, dalam pidato bulan April, penasihat kontraterorisme Gedung Putih, John Brennan, mengatakan pemerintah telah menyimpulkan tidak ada dalam hukum internasional yang melarang AS menggunakan kekuatan mematikan terhadap sesuatu yang dinilai ancaman bagi AS sendiri, meskipun pihaknya tidak menyatakan perang. (althaf/arrahmah.com)