ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Taliban Pakistan pada hari Rabu (26/9/2012) mengatakan mereka telah menghapus nama salah satu menteri dari “daftar sasaran” mereka setelah sang menteri menawarkan $ 100.000 untuk kematian seorang sineas yang memproduksi sebuah film anti-Islam.
Menteri Kereta Api, Ghulam Ahmed Bilour, memicu kecaman internasional ketika ia menawarkan uang darah dan mendesak Taliban dan Al-Qaeda untuk melaksanakan apa yang disebutnya sebagai “perbuatan mulia”.
“Kami telah benar-benar memaafkannya dan menghapus namanya dari daftar serangan kami,” kata juru bicara Taliban, Ihsanullah ihsan, kepada AFP melalui telepon dari lokasi yang tidak diketahui.
Ihsan mengatakan bahwa Majelis Syura, sebuah badan konsultatif tertinggi, telah bertemu pada Selasa (25/9) dan “memuji Bilour atas pengorbanannya untuk kepentingan Islam”.
“Syura berhutang pada Bilour dan mendukung apa yang dikatakannya,” lanjutnya.
Pemerintah Pakistan dan partainya telah menjauhkan diri dari Bilour karena mengumumkan hadiah atas pembunuhan orang di belakang “Innocence Muslim” yang telah memicu protes di seluruh dunia Islam.
Tapi Bilour bersikeras bahwa masyarakat Pakistan berada di belakangnya. Protes luas terhadap film tersebut mencapai puncaknya pada hari Jumat lalu yang berakhir dengan pertumpahan darah dan penjarahan, dimana 21 orang dilaporkan tewas.
“Saya menyampaikan pandangan pribadi saya dan keimanan saya,” kata Bilour (72) kepada AFP, Selasa (25/9).
“Keimanan saya adalah non-kekerasan, tapi saya tidak bisa memaafkan dan memberikan toleransi atas penghinaan ini,” katanya.
Dia mengatakan seorang pengusaha dari kota timur Lahore telah menawarkan bahkan sebesar $ 400.000 untuk hadiah pembunuhan sang sineas dan mengatakan bahwa kebebasan berbicara tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghina Islam.
“Membunuh bukanlah cara yang baik, tapi sekarang itu adalah satu-satunya cara, karena tidak ada tindakan yang telah diambil dari negara-negara Barat (terhadap pembuat film),” katanya.
Washington mengutuk tawaran hadiah Bilour sebagai “inflamasi dan tidak pantas”, sementara Uni Eropa mengatakan menyesalkan hal itu.
Bilour, dianggap sebagai salah satu politisi paling berpengaruh di barat laut Pakistan, di mana sentimen anti-Barat terus berkembang. (althaf/arrahmah.com)