PRANCIS (Arrahmah.com) – Koran mingguan Prancis, Charlie Hebdo, berulah lagi dengan kembali menerbitkan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) pada hari Rabu (19/9/2012), nampaknya untuk menyulut api kemarahan Muslim lebih besar lagi setelah film murahan “Innocence of Muslims.”
Di halaman depannya, Charlie Hebdo menampilkan kartun yang mereka katakan sebagai Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) di sebuah kursiroda dan seorang Yahudi Ortodox yang sedang mendorongnya.
Gambar di halaman depan tersebut berjudul “The Intouchables” dan mengacu pada sebuah film pemenang award Prancis tentang seorang pria hitam miskin yang menjadi pengasuh tunadaksa jutawan aristokrat dan menjadi sahabatnya.
Selain itu kartun lainnya juga tak kalah mengejeknya dengan menggambarkan sosok yang dikatakan sebagai Rasulullah dengan keadaan telanjang.
Charlie Hebdo menolak saran orang-orang untuk tidak mempublikasikan kartun tersebut, karena bisa memicu kemarahan umat Islam yang sedang dalam situasi tegang akibat film anti-Islam buatan AS belum lama ini.
Tindakan provokasi Charlie Hebdo ini telah dikecam oleh para toko Muslim dan Yahudi.
Ketua Masjid Agung Paris, Dalil Boubakeur merasa sedih dan khawatir hasutan dari Charlie Hebdo bisa memperburuk protes dunia Islam, dan terkait terbitan kartun ini ia menganjurkan umat Islam untuk menghadapinya dengan tenang.
Presiden Dewan Keyakinan Umat Muslim Perancis Mohammed Moussaoui mengatakan bahwa tindakan hasutan untuk kebencian tidak dapat dibenarkan.
“Tidak ada yang membenarkan penghinaan dan hasutan untuk kebencian,” katanya.
Dari pihak Yahudi juga terlontar kecaman dan penolakan terbitan Charlie Hebdo kali ini. Ketua Dewan Perwakilan Lembaga Yahudi di Perancis (CRIF), Richard Prasquier mengatakan publikasi itu sesuatu yang “tidak bertanggung jawab.”
“Mengingat kematian (dalam kerusuhan protes film anti-Islam) kami tidak menyetujui inisiatif Charlie Hebdo ini,” tambahnya. “Para kritrikus agama harus juga mengindahkan kritik itu sendiri – bukan atas prinsip mereka sendiri tetapi dari waktu tindakan mereka.”
Terkait ini, menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius juga mengkritik publikasi tersebut sebagai provokasi. Akibatnya dia merasa khawatir akan dampak yang ditimbulkan, dan oleh sebab itu dia telah memerintahkan untuk meningkatkan keamanan kantor-kantor diplomatik Prancis di negara-negara Muslim. (siraaj/arrahmah.com)