AMERIKA SERIKAT (Arrahmah.com) – Infiltrasi Taliban dalam tentara dan kepolisian Afghan adalah jauh lebih buruk daripada yang diakui AS secara publik, kata mantan duta besar AS Ryan Crocker.
“Saya ingin menaksir persentase yang lebih tinggi daripada angka 25 persen untuk para penyusup ‘musuh’ yang para pejabat AS telah akui, kata Crocker, seperti dikutip Antiwar. Dia menambahkan bahwa pasukan yang dilatih AS dan NATO adalah taktik utama Taliban.
“Saya pikir, kami meremehkan bahaya kami, sejumlah Taliban ‘tidur’ ada di pasukan keamanan Afghan,” lanjut Crocker, yang menggambarkan para pemimpin Mujahidin Taliban adalah orang-orang yang tangguh, cerdas dan ulet.
Strategi kontra-Mujahidin dari pemerintahan penjajah Obama sedang menuju untuk membangun, melatih, dan mempersenjatai tentara dan kepolisian boneka Afghan untuk menjadi benteng bagi AS untuk tetap melawan Mujahidin selepas pasukan pimpinan AS ditarik mundur pada 2014. Namun, dengan infiltrasi Mujahidin Taliban ke jajaran pasukan yang dilatih oleh militer AS dan didanai oleh pembayaran pajak AS, adalah kegagalan sempurna bagi AS.
Belum lama ini, Amir Mullah Muhammad Umar (hafizhahullah) dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Mujahidin telah melakukan infiltrasi dengan mudah ke dalam jajaran musuh.
“Mereka mampu (dengan aman) masuk ke pangkalan-pangkalan, kantor-kantor dan pusat-pusat intelijen musuh,” katanya. “Kemudian, mereka dengan mudah melakukan serangan-serangan terkoordinasi dan menentukan, menimbulkan kerugian berat bagi musuh.”
Sebagai mantan diplomat AS, Crocker mengatakan bahwa ratusan tentara di jajaran tentara Afghan diperkirakan adalah agen Taliban atau Pakistan, dia menambahkan bahwa banyak tentara yang menyusup dan membunuh pasukan pimpinan AS adalah benar-benar terlatih oleh Taliban.
Crocker juga menyesalkan kehilangan kesempatan dalam perang AS di Afghanistan, mengingat keterlibatan diplomatiknya ketika pemerintahan George W. Bush menginvasi dan hampir menggulingkan Taliban pada 2001. Dia juga mengatakan bahwa Iran sangat ingin untuk bersekutu dengan AS untuk membantu menggulingkan kekuasaan Taliban dan “menjaga keamanan” di Afghanistan, tetapi pemerintahan Bush merespon dengan “memberi label” Iran sebagai negara teroris, namun tidak menginvasi Iran tetapi fokus menginvasi Irak. (siraaj/arrahmah.com)