IRAN (Arrahmah.com) – Untuk pertama kalinya Iran mengakui keberadaan pasukan elitnya di Suriah dan Libanon sebagai “para penasehat.”
Para anggota Korps Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) memberikan bantuan “non-militer” di Suriah dan Iran mungkin juga terlibat secara militer jika sekutu terdekatnya diserang, menurut Panglima Muhammad Ali Jafari pada hari Ahad (16/9/2012).
“Sejumlah anggota Pasukan Quds berada di Suriah tetapi ini bukanlah merupakan kehadiran militer,” kata kantor berita Iran, ISNA, mengutip Jafari dalam sebuah konferensi pers.
Jafari tidak menyebutkan berapa banyak anggota IRGC berada di Suriah tetapi mengatakan bahwa mereka memberikan “bantuan nasehat dan intelektual.”
Jafari juga mengatakan bahwa Iran akan mengubah kebijakannya dan memberikan dukungan militer jika rezim Suriah diserang.
“Saya katakan secara spesifik bahwa jika Suriah diserang militer, Iran juga akan memberikan dukungan militer tetapi..sepenuhnya tergantung pada keadaan,” katanya.
Komentar dari Jafari tersebut adalah pernyataan resmi pertama dalam hal ini dan menjunjukkan bahwa Iran memberikan bantuan langsung kepada rezim Bashar Assad di Suriah dan Hizbullah (Hizbulata) di Libanon.
Pada bulan Agustus sebelumnya, para anggota FSA menangkap sekitar 48 orang Iran, yang dikatakan sebagai anggota IRGC, namun Iran mengklaim bahwa mereka hanyalah para peziarah biasa.
Seorang komandan FSA menunjukkan bukti kepada Al Jazeera, bahwa brigadenya mempunyai informasi dan dokumen yang menunjukkan bahwa mereka adalah para anggota IRGC yang datang ke Suriah untuk membantu rezim Assad. (siraaj/arrahmah.com)