WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat pada Sabtu (15/9/2012) memerintahkan semua staf non-esensial untuk meninggalkan Sudan dan Tunisia menyusul serangan di berbagai gedung Kedutaan Besar AS setelah video anti-Islam yang dipublikasikan di YouTube. Mereka juga memperingatkan warga AS agar tidak melakukan perjalanan ke negara-negara tersebut.
“Mengingat situasi keamanan di Tunis dan Khartoum, Departemen Luar Negeri AS telah memerintahkan keberangkatan semua anggota keluarga dan personel non-darurat dari kedua pos tersebut, dan mengeluarkan peringatan perjalanan untuk warga Amerika,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland dalam sebuah pernyataan.
Kementrian Dalam Negeri boneka Tunisia mengancam pada Sabtu (15/9) akan menghukum semua yang terlibat dalam serangan yang dilakukan pada Jumat (14/9) di Kedutaan Besar AS dan polisi tengah memburu pemimpin kelompok Jihad “garis keras”.
“Siapapun yang erat kaitannya atau sedikit terlibat dalam peristiwa di luar kedutaan besar Amerika di Tunis akan dihukum,” ujar juru bicara keamanan nasional Mohammed Ali Aroui dalam sebuah wawancara dengan radio FM Mosaique.
Empat orang tewas dan 49 terluka ketika kedutaan Amerika di ibukota Tunisia, Tunis diserang oleh demonstran Muslim yang marah atas pembuatan film yang menghina Islam dan Nabi Muhammad di Amerika Serikat.
Pewawancara radio menanyai Aroui terkait serangan polisi ke rumah Saif Allah bin Hussein (alias Abu Iyad), pemimpin kelompok Islam Ansar al-Shariah.
Aroui menolak untuk berkomentar mengenai serangan itu, tetapi seorang rekan Abu Iyad membenarkan kejadian tersebut.
“Polisi datang ke rumah Abu Iyad pada Jumat malam, tetapi tidak menangkapnya karena ia tidak berada di sana,” ujar rekan Abu Iyad kepada AFP.
Juru bicara dalam negeri mengatakan 75 orang telah ditahan dan operasi pencarian masih terus dilanjutkan.
Bentrokan pecah pada hari Jumat antara pasukan keamanan dengan pengunjuk rasa yang memprotes film anti-Islam.
Beberapa pengunjuk rasa melemparkan bom bensin dan menyerbu kompleks Kedubes AS di Tunis sebelum polisi menembakkan gas air mata dan peluru untuk mengusir mereka. (haninmazaya/arrahmah.com)