JAKARTA (Arrahmah.com) – Beredarnya film penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW yang berjudul “Innocence of Muslim” memancing kemarahan umat islam diseluruh dunia, dan berakibat kepada kematian seorang Duta besar AS untuk Libya. Peritiwa tersebut menurut Ketua Umum Front Pembela Islam merupakan hal yang dapat dimaklumi mengingat penghinaan kepad Nabi bukan masalah ringan.
“Penghinaan terhadap Rasulullah SAW adalah masalah serius, sehingga wajar saja jika kaum muslimin di Libya marah besar dan menyerang Kedubes AS serta membunuh Dubes dan sejumlah stafnya karena masalah film AS yang menghina Nabi SAW,” Kata Habib Rizieq melalui pesan singkatnya kepada arrahmah.com menjawab responnya terhadap munculnya film tersebut, Kamis (13/9) Jakarta.
Lanjut Habib Rizieq, FPI mengapresiasi keberanian dan kepedulian kaum Muslimin Libya atas pembelaannya kepada kehormatan Rasulullah SAW.
“FPI acungkan jempol buat pejuang Libya yang dengan gagah berani membela Rasulullah SAW dari penghinaan,” ujarnya.
FPI pun berharap peristiwa tersebut dapat diambil hikmahnya oleh negara-negara barat agar memahami persoalan sensitif terkait kehormatan Nabi Muhammad.
“Semoga itu menjadi pelajaran penting bagi seluruh negara Barat agar tidak lagi membiarkan penghinaan terhadap Nabi SAW di negeri mereka dalam bentuk apa pun.” Tutup habib Rizieq.
Seperti diberitakan sebelumnya, film “Innocence of Muslim” mengisahkan tentang kehidupan Nabi Muhammad yang, parahnya, dibumbui dengan tema pedofil dan homoseksualitas. Sejumlah adegan dalam film yang berdurasi 2 jam ini telah diunggah ke internet dan bisa juga dilihat di sejumlah saluran satelit privat.
Di Mesir, film ini memicu gugatan hukum yang diajukan seorang wartawan Mesir terhadap produser film ini. Disebutkan dalam gugatan tersebut bahwa film ini sengaja ditujukan untuk ‘menyerang Islam’. Gugatan ini diawali oleh pemberitaan sejumlah media Mesir yang menyebut sejumlah umat Kopstik Mesir yang tinggal di AS ikut terlibat dalam pembuatan film ini. Pemerintah Mesir pun didesak untuk melepaskan kewarganegaraan orang-orang Mesir yang terlibat dalam film ini.
Film ini memicu unjuk rasa besar-besaran di Kairo, Mesir dan Benghazi, Libya. Ribuan demonstran menyerbu dan menyerang kantor kedutaan dan konsulat AS di dua wilayah tersebut. Bahkan, Dubes AS untuk Libya Christopher Stevens beserta 3 stafnya tewas akibat serangan yang terjadi pada 11 September malam waktu setempat. Mereka tewas akibat serangan roket yang mengenai mobil yang mereka naiki saat akan meninggalkan gedung konsulat menuju tempat yang lebih aman. (bilal/arrahmah.com)