JOMBANG (Arrahmah.com) – Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah tak sepakat dengan wacana sertifikasi ulama untuk menghadang laju radikalisme yang diwacanakan oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris).
“Saya tidak sepakat dengan wacana sertifikasi ulama. Kalau BNPT sibuk mengurusi sertifikasi, nanti gerakan teroris malah jalan terus,” kata Gus Solah ketika ditemui di kediamannya, Selasa (11/9) seperti dilansir beritajatim.
Dia menjelaskan, sertifikasi ulama yang diwacanakan tersebut, membuktikan bahwa BNPT tidak paham tentang keberadaan pesantren dan ulama. Wacana sertifikasi ulama yang dikeluarkan BNPT, menurut Gus Solah, sebagai tindakan yang kontraproduktif terhadap pemberantasan radikalisme dan terorisme di Indonesia.
Sebab selama ini dunia pesantren merupakan wilayah religi dan mengajarkan tentang keluhuran moral. Dunia pesantren juga tidak bisa dijadikan kambing hitam, sebagai pencetak benih-benih radikalisme yang mengatasnamakan agama Islam. Bahkan, wacana sertifikasi ulama semakin menunjukkan bahwa BNPT adalah orang-orang yang tidak paham dunia pesantren, dan fungsi ulama di Indonesia.
Pernyataan tersebut, lanjutnya, bisa memunculkan bola panas dan kontra produktif terhadap pemberantasan radikalisme di Indonesia. “Pesantren justru diawasi, sementara terorisme mengatasnamakan agama semakin jalan terus,” ujar Gus Solah.
Menurut Gus Solah, di dalam dunia islam, siapa pun dapat menjadi ustadz atau ulama. Karena, setiap orang yang mengerti satu ayat saja, dianjurkan untuk berdakwah. Selain itu, selekasnya pemerintah harus mencari solusi dengan mengajak para pengasuh pesantren untuk berdiskusi. (bilal/arrahmah.com)