HADRAMAUT (Arrahmah.com) – Syeikh Saeed al-Shihri, yang digambarkan sebagai orang kedua di tubuh Al Qaeda Semenanjung Arab (AQAP), diklaim telah meninggal dunia oleh pejabat militer boneka Yaman, dalam sebuah operasi militer.
Di website militer Yaman pada Senin (10/9/2012), Syeikh al-Shihri yang berkebangsaan Saudi, disebut-sebut telah meninggal dunia bersama lima pejuangnya dalam sebuah operasi militer di provinsi Hadramaut, Yaman timur, lansir Al Jazeera.
“‘Teroris’ Saudi Saeed al-Shihri, orang kedua Al Qaeda, tewas dalam operasi berkualitas oleh angkatan bersenjata di Hadramaut,” lapor website berita 26sep.net seperti dikutip Al Jazeera.
“‘Teroris’ lain yang menyertainya juga tewas,” tambah situs militer mengutip pernyataan “petinggi militer” tanpa menyebutkan kapan operasi itu terjadi.
Seorang senior dalam kementrian pertahanan Yaman mengatakan kepada Associated Press bahwa Syeikh al-Shihri meninggal dalam serangan udara. Mereka mengatakan rudal itu diyakini telah ditembakkan oleh pesawat tak berawak AS, namun ini tidak bisa segera dikonfirmasikan.
AQAP digambarkan oleh Washington sebagai sayap paling berbahaya dan mematikan dari Al Qaeda. AS telah melancarkan serangan pengecut pesawat tak berawak untuk menargetkan kelompok ini di Yaman, namun faktanya korban serangan itu kebanyakan dari kalangan sipil.
Laporan yang bertentangan
Sebuah sumber keamanan Yaman mengatakan kepada Reuters bahwa Syeikh al-Shihri tewas dalam operasi pada Rabu pekan lalu diduga dilakukan oleh pesawat tak berawak, bukan militer Yaman.
Sumber itu menambahkan bahwa warga Saudi lainnya dan warga Irak termasuk di antara korban tewas.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland mengatakan ia tidak bisa mengonfirmasikan kematian Shihri.
“Pemerintah AS mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengonfirmasikan bahwa Al Shihri, orang nomor dua Al Qaeda di Semenanjung Arab, memang telah tewas,” ujar reporter Al Jazeera dari Washington.
“Ada laporan yang bertentangan mengenai apakah drone buatan AS yang menyebabkan kematian al Shihri atau klaim tanggung jawab yang berasal dari militer Yaman itu sendiri,” lanjutnya.
“Jadi terdapat banyak kebingungan,” katanya.
Sejauh ini belum ada konfirmasi resmi dari pihak AQAP untuk menyangkal atau membenarkan berita tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)