DAMASKUS (Arrahmah.com) – Perbedaan sikap Rusia dan Amerika Serikat terhadap konflik Suriah semakin jelas pada hari Minggu (9/9/2012) saat Lakhdar Brahimi menuju ke Kairo untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Arab pada kunjungan pertamanya ke wilayah tersebut sebagai utusan perdamaian.
Sementara pasukan rezim membombardir pemberontak di kota Aleppo, saat sebuah serangan bom menghantam sebuah bus yang membawa warga sipil dan tentara di provinsi Homs dilaporkan menewaskan empat orang dan melukai puluhan orang lainnya.
Brahimi, yang pekan lalu menggambarkan pertumpahan darah Suriah sebagai bencana, sedang dalam perjalanan ke Timur Tengah untuk pertama kalinya sejak mengambil perannya sebagai utusan PBB-Liga Arab.
Sementara itu, menlu AS Hillary Clinton mengatakan pada hari Minggu (9/9) bahwa resolusi baru Dewan Keamanan PBB di Suriah tidak akan ada gunanya jika “tidak punya gigi”, Presiden Bashar al-Assad akan mengabaikannya.
Berbicara di Rusia, Hillary mengatakan ia bersedia untuk bekerja dengan Moskow pada resolusi baru tapi memperingatkan Washington akan meningkatkan dukungan untuk mengakhiri rezim Assad jika resolusi ini tidak berpengaruh apapun.
“Tidak ada gunanya untuk menyetujui resolusi tanpa gigi karena kami telah melihat dari waktu ke waktu bahwa Assad mengabaikannya dan terus menyerang rakyatnya sendiri,” kata Clinton.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan pada hari Sabtu (8/9) setelah pembicaraan dengan Clinton bahwa ia berharap untuk mencari persetujuan Dewan Keamanan atas rencana perdamaian yang disepakati pada bulan Juni di Jenewa yang menyerukan gencatan senjata dan transisi politik.
Clinton mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan ada kemajuan di Suriah tetapi kenyataannya Amerika Serikat dan Rusia memiliki perbedaan soal Suriah.
Jika perbedaan-perbedaan ini terus dipertahankan, “maka kami akan bekerja sama dengan negara-negara yang berpikiran untuk mendukung oposisi Suriah untuk mempercepat turunnya Assad,” katanya.
Amerika Serikat telah mengatakan pihaknya menyediakan bantuan non-mematikan kepada oposisi di Suriah.
Brahimi bepergian ke ibukota Mesir pada hari Minggu (9/9) untuk pembicaraan dengan para pemimpin Liga Arab menjelang perjalanannya ke Damaskus, kata juru bicaranya.
Menurut diplomat PBB, Brahimi telah mencari jaminan bahwa dia akan bertemu dengan Assad sebelum ia pergi ke Damaskus. (althaf/arrahmah.com)