SURABAYA (Arrahmah.com) – Sebanyak 50 pengasuh dari 45 pesantren di Jawa Timur mengikuti pelatihan untuk pelatih (ToT) guna sosialisasi Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika di Surabaya, 8-12 Oktober.
Pelatihan yang digelar MPR bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemag) Jatim itu dibuka Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y. Thohari di Surabaya, kemarin malam, dengan dihadiri Wagub Jatim Saifullah Yusuf serta belasan anggota MPR.
“Akhir-akhir ini banyak keluhan terkait merosotnya pengamalan nilai-nilai dari empat pilar berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata Hajriyanto.
Namun, tambah dia, MPR tak menerima kenyataan itu dengan mengeluh seperti umumnya politikus dan akademisi, melainkan MPR bertindak aktif melakukan sosialisasi tentang keempat pilar itu ke seluruh penjuru Indonesia.
“Hal itu merupakan amanat dari UU 27/2009 tentang MPR, DPD, dan DPR untuk menyosialisasikan keempat pilar itu, namun awalnya kami lakukan kepada pejabat negara dan widya iswara di lingkungan birokrasi,” katanya.
Kini, kata anggota MPR dari Partai Golkar itu, pihaknya melakukan sosialisasi kepada tokoh agama yang memegang peranan strategis, seperti pengasuh pesantren, meski hanya 45 dari 6.000 lebih pesantren se-Jatim.
“Kami akan melakukan hal itu terus-menerus, karena sosialisasi keempat pilar itu penting, apalagi fenomena yang berkembang saat ini adalah kerusuhan atau konflik dimana-mana, baik akibat faktor ketidakadilan maupun akibat primordialisme,” katanya.
Menurut mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu, sosialisasi keempat pilar berbangsa dan bernegara yang dilakukan dengan berbagai metode itu akan dapat membangun karakter bangsa.
“Tindakan nyata dalam bentuk sosialisasi itu akan dapat menjawab kondisi yang disebut media massa sebagai maraknya pertumbuhan cacat etika atau korupsi yang gawat,” katanya.
Didampingi Wakil Ketua MPR lainnya, H Lukman Hakim Saefuddin, ia menyinggung pentingnya pembelajaran Pancasila dengan menyesuaikan kondisi masyarakat setempat.
“Bung Karno sendiri menyatakan Pancasila itu merupakan ideologi terbuka yang multi-interpretasi, sehingga Pancasila membuka kemajemukan penafsiran yang dibingkai dengan penghargaan terhadap penafsiran yang berbeda-beda itu,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Wagub Jatim H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyatakan acara “ToT” Pancasila merupakan hal yang penting, meski tidak populer.
“Tantangannya adalah bagaimana membuat hal-hal penting seperti itu menjadi menarik, karena sekarang bukan hanya substansi yang baik, tapi bungkus atau kemasan juga harus baik,” katanya.
Ia menambahkan metode sosialisasi yang populer perlu digagas, seperti metode pembelajaran al-Quran yang menggunakan metode baru dan membuat orang bisa membaca al-Quran secara cepat hanya dalam hitungan hari, sehingga hal yang penting menjadi menarik, cepat, dan bisa untuk segala usia. (ant/hid/arrahmah.com)