WASHINGTON (Arrahmah.com) – Organisasi HAM internasional, Human Right Watch (HRW) mengatakan pihaknya telah mengumpulkan bukti-bukti kasus yang sebelumnya tidak pernah dilaporkan mengenai penyiksaan penentang Moammar Gaddafi oleh dinas rahasia AS.
Laporan HRW mengatakan bahwa dari tahun 2003 sampai 2011, otoritas Amerika dan Inggris bekerja sama dengan Gaddafi melawan Mujahidin. Secara khusus, AS dan Inggris telah menahan para penentang pemimpin Libya, dan kemudian menyerahkan mereka ke Tripoli, lapor Kavkaz Center.
“Bukan hanya AS yang memberikan musuh-musuhnya di piring perak, namun tampaknya CIA juga menyiksa banyak dari mereka terlebih dahulu. Ruang lingkup pelecehan pemerintahan Bush muncul jauh lebih luas dari yang sebelumnya diakui dan menggarisbawahi pentingnya membuka penyelidikan skala penuh atas apa yang terjadi,” ujar “penasehat kontra-terorisme” dan penulis laporan dalam sebuah pernyataan, Laura Pitter.
Sebagaimana yang telah ditentukan dalam organisasi, informasi dikumpulkan melalui wawancara dengan para korban dan saksi dari penyiksaan. Salah satu sumber dari penulis laporan tersebut adalah Khalid al-Sharif, yang selama dua tahun ditahan di penjara oleh CIA di Afghanistan sebelum menyerahkan dia ke Gaddafi.
“Saya menghabiskan tiga bulan diinterogasi selama periode pertama dan mereka memberi saya berbagai penyiksaan setiap hari. Kadang-kadang mereka menggunakan air,” ujar pria tersebut. Kini ia menjadi kepala Garda Nasional Libya setelah Gaddafi tewas.
Menurut pernyataan mantan tahanan Libya lainnya, ia disiksa menggunakan teknik waterboarding.HRW mengatakan bahwa laporannya dirakit dengan mewawancarai korban dan saksi mata dengan dugaan penyelewengan dan menyisir arsip rahasia yang terungkap ke publik selama revolusi Libya yang menyebabkan penggulingan Gaddafi dan kematiannya, lapor Reuters.
Dokumen yang ditemukan dalam arsip setelah runtuhnya rezim Gaddafi termasuk korespondensi rahasia antara pejabat Libya dengan pejabat CIA dan agen mata-mata Inggris, MI5 dan MI6.
HRW telah menemukan bahwa penyiksaan terhadap tahanan Libya merupakan poin kegagalan pemerintahan Bush untuk membedakan apa yang disebut “teroris yang bertanggung jawab atas peristiwa 911” dengan mereka yang hanya terlibat dalam oposisi bersenjata terhadap rezim represif, dan meminta Barack Obama untuk menyelidiki teknik interogasi kriminal oleh badan-badan intelijen AS.
Sementara itu CIA melakukan pembelaan dan mengklaim ada yang salah dalam dokumen yang ditemukan dan diterbitkan.
“Ini tidak datang sebagai kejutan bahwa CIA bekerja sama dengan pemerintah asing untuk membantu melindungi negara kami dari ‘terorisme’ dan ancaman mematikan lainnya,” ujar Jennifer Youngblood, juru bicara CIA.
“Konteks di sini layak ditinjau kembali. Sebagai contoh pada tahun 2004, pemerintah AS telah meyakinkan Gaddafi untuk meninggalkan program WMD Libya dan membantu menghentikan para ‘teroris’yang aktif menargetkan Amerika,” jelas Youngblood menggambarkan kerjasama yang erat dari AS dan Gaddafi dalam perang melawan Islam. (haninmazaya/arrahmah.com)