JAKARTA (Arrahmah.com) – FPI siap hadapi tantangan mubahalah dari Sofyan Tsauri terkait apakah memang benar Sofyan Tsauri adalah intel polisi yang disusupkan ke dalam tubuh mujahidin Aceh. Hal ini disampaikan oleh koordinator bidang hukum FPI, Munarman SH, Rabu (6/10). Apakah mubahalah solusi yang tepat dan dapat menyelesaikan permasalahan tuduh menuduh terkait intel atau mujahid ini ?
FPI Siap Hadapi Tantangan
Sebelumnya, Sofyan Tsauri, tertuduh tindak terorisme Aceh menantang Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq dan Ketua FPI Aceh Yusuf Qardhawi untuk ber-mubahalah. Tantangan itu pun akan diladeni FPI.
“Nanti saya sampaikan ke yang bersangkutan. Nanti kita jawab secara resmi. Apa dia bisa bermubahalah di dalam tahanan?” kata Koordinator bidang hukum FPI Munarman, Rabu (6/10/2010).
Menurut Munarman, pihaknya tidak perlu menyiapkan bukti-bukti apapun untuk membenarkan kecurigaannya terhadap Tsauri. “Mubahalah itu saya menyatakan intel Polri atau bukan intel Polri. Nanti laknat Allah yang membalasnya. Nggak perlu ada bawa bukti-bukti lain,” ujarnya.
Sebelumnya Tsauri membantah tudingan yang menyatakan dirinya intel Polri yang ditanam di jaringan teroris Aceh. Tsauri pun menantang Habib Rizieq untuk bermubahalah. Bahkan Tsauri pun berani bermubahalah jika tudingan itu berasal dari Syekh Usama Bin Laden sendiri.
Mubahalah ialah tindakan di mana masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat mendoakan kepada Allah dengan sungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta.
Diduga Intel Menganggap Diri Mujahid
Tsauri diduga terlibat terorisme karena menyalurkan senjata api dan melatih pemuda yang ada di pelatihan militer di Aceh. Tsauri yang juga desertir polisi ini memang pernah bertugas di Aceh saat konflik Aceh masih terjadi.
Berdasarkan penjelasan pengacaranya, Nurlan, Tsauri bergabung ke jaringan teroris Aceh atas ajakan seseorang bernama Bara, yang disebutkan sebagai salah satu pemimpin jaringan teroris. Pada Januari 2009, Sofyan pergi ke Aceh dan di sana dia sempat bertemu dengan Dulmatin.
Tsauri kemudian ditangkap saat penyerbuan Densus 88 di hutan kawasan Jantho, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam, awal Maret lalu. Setelah penangkapan itu, Direktur An Nashr Institute Munarman yang juga pengurus FPI ini mencurigai Tsauri merupakan intel polisi yang sengaja ditanam di pelatihan militer di Aceh.
“Dia itu ditanam, dia juga merekayasa dan mendesain gerakan yang kerjaanya tertentu yang disebut polisi terorisme, yang bisa ditangkap secara hukum,” ujar Munarman pada 26 Agustus lalu.
Sofyan Tsauri sendiri dalam sebuah wawancara dengan TribunNews.com (23/9) pernah membantah tuduhan bahwa dirinya seorang intel atau penyusup. Dia mengatakan :
“Saya bukan penyusup atau intel polisi. Saya ini adalah buah dari dakwah tauhid. Kalau saya susupan, saya tempatnya bukan di dalam sel.”
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)