Bismillahirrahmanirrahim…
Berikut ini adalah sekelumit kisah mesra kami bersama Ust. Noordin M. Top, Abu Mu’awwidz, semoga Allah merahmati beliau. Beliau Syahid (insyaALLAH) ditembak Densus 88 laknatullah ‘alaihim ‘ajma’in, Allahumma Amien, pada tanggal 17 September 2009 lalu… Kami persembahkan kisah ini kepada seluruh keluarga beliau di ngeri jiran sana, Malaysia, juga yang berada di Indonesia, juga ikhwah fillah sekalian.
Kami juga ingin menyampaikan bahwa beliau bukanlah TERORIS seperti yang dituduhkan, karena untuk membuktikan seseorng itu bersalah, yang bersangkutan harus di sidangkan di pengadilan dan divonis, hingga hari ini saja, kepolisian tidak dapat membuktikannya, beliau MUJAHID!!.
Dan kami juga bangga pada beliau, berikut kisahnya : ….
Maghrib itu, seperti biasanya.. sekali dalam seminggu, pria berjambang itu berdiri di samping kiri pintu masjid, pas di sebelah kanan papan pengumuman masjid.. senyumannya khas, ku samperin beliau, ku memberikan salam sambil berjabatan tangan… Mahasiswa pasca sarjana Psikologi itu memang rutin ke sekolah kami… bersama teman-teman kampusnya dari UTM (Universiti Teknologi Malaysia) mengikuti kajian bersama salah satu murid kesayangnnya Ust. Abdullah Sungkar… kami sangat akrab dengan mahasiswa S2 itu… bercerita dan sering bertukar pikiran…
Menjelang waktu Isya, mobil Honda berwarna maroon parkir pas di samping masjid, pria berkacamata keluar langsung menuju ke tempat pengajian.. ya ALLAH, semua ini nostalgia lalu ku…
Mahasiswa S2 itulah yang akhirnya menjadi mudir (kepala sekolah) kami menggantikan murid kesayangnnya Ust. Abdullah Sungkar itu.. Ya ALLAH, sedih rasanya, mereka kini telahpun tiada… Ust. Mukhlas (Ali Ghufron) yang merupakan murid kesayangannya alm. Ust. Abdullah Sungkar, DR. Azahari Husin sebagai pria berkacamata pemilik mobil Honda maroon itu dan Ust. Noordin M. Top. adalah mahasiswa S2 UTM yang aku maksudkan. Subhanallah.. tak mungkin semuanya terulang… sedang apakah mereka ya ALLAH?
Sosok Ust. Noordin yang berkewarganegaraan Malaysia itu sangat kami kenal dengan seorang yang mudah bergaul, murah senyum dan berani menegur kemungkaran yang ada di depan matanya… beliau gaul, kenapa? karena motornya keren banget.. aku masih ingat, motor sport nya sejak zaman kuliah, sampailah beliau menikahi dengan salah seorang kakak kelasku…
Wah, walimahannya, subhanallah, beliau sendiri yang melayani tamunya… berbaju Pakistan warna hijau tua dan bercelana di atas mata kaki… para tamu yang belum pernah mengenalnya pasti tidak tau jikalau beliaulah sang pengantin juga raja sehari di kala itu… zuhud, hidupnya bersahaja… Subhanallah…
Menjadi mudir menggantikan Ust. Mukhlas merupakan amanah yang tidak ringan, tapi, Alhamdulillah, beliau insyaALLAH bisa kami katakan sukses mengemban amanah itu… kami murid-muridnya bangga dengan sosok mudir yang bisa langsung mencontohkan akhlak yang baik buat para santri…
MTILH (Madrasah At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah Luqmanul Hakiem) pondok kami dulu di Johor Baru, itupun berobah menjadi SILH (Sekolah Islam Luqmanul Hakiem) setelah Ust. Noordin menjabat sebagai mudir, wallahu a’lam kenapa, bisa jadi karena supaya mudah disebut dan tidak terkesan Arab.. wallahu a’lam.. ah, tak usah dibahas… hehe.
Tentu masih banyak nostalgia kami bersama sosok seorang Ust. Noordin itu.. beliau sering menemani kami bermain sepak bola, membangunkan kami di asrama ketika waktu shalat Subuh dan Ashr tiba. Beliau hampir tidak pernah memukul kami dan santri-santrinya yang melakukan kesalahan, tetapi justru sering memberikan nasehat dan ta’zir (hukuman ringan supaya jera). Mungkin semua yang dilakukannya itu karena basic nya juga untuk mengamalkan ilmu Psikologi yang dipelajarinya…
Ust. Noordin, Abu Mu’awwidz, setiap sore sering terlihat bersama istrinya Ustadzah Rahmah berjalan-jalan membawa mujahid cilik putra pertamanya, Mu’awwidz.. wih, mesranya mudir kami.. terkadang juga sang Ustadz menaiki motor sport nya yang berwarna hijau muda itu ke lapangan bola atau ke lapangan basket ball melihat kami santri-santrinya berolahraga…
Senyumannya khas, 1001 makna dibalik senyuman sang mudir… bisa jadi cukup dengan senyuman, pertanda itulah sindiran atau bisa dikatakan sebagai nasehat buat santrinya yang melakukan kesalahan… yang akhirnya kami malu untuk mengulangi kesalahan itu lagi… dst.
Ustadz penuh wibawa, walaupun beliau ketika itu bisa dikatakan masih terlalu muda untuk menjabat jabatan mudir sebuah sekolah Islam internasional.. iya donk, semenjak kami sekolah di Luqmanul Hakiem, santrinya banyak dari manca negara.. ada yang dari Singapore, Indonesia, Brunei Darus Salam, Cambodia, Irak dll.. asyik kan?
Nah, mau diceritain semuanya kepanjangan.. hehe. Waktu sekolah kami ditutup pemerintah Malaysia karena dituduh teroris, PDRM (Polis Di Raja Malasia) mengirim 8 truk polisi, wuih, banyak amat…:) biasalah, yang namanya musuh-musuh Islam itu dimana-mana penakut dan pengecut. Masa sama kita-kita yang masih kecil dan ingusan itu aja takut.. hihi.. di sekolah, jangan kan pistol atau senjata beneran, yang mainan aja nggak ada..
Anyway and by the way.. cukup lah segini aja ya.. ntar malah ane dibilang ‘teroris’ sama thagut-tahgut itu… karena pernah belajar dan ketemu Ustadz-ustadz yang tidak pernah meminta imbalan apapun dari ilmu yang telah mereka ajarkan pada kami…
Oya, aku ingat 1 pesan Ust. Noordin, sampai sekarang masing terngiang-ngiang di telingaku, nasehat beliau atau semacam pesan sebelum aku meninggalkan sekolah setelah tamat SMP… “Kalau mata kita masih senang melihat perempuan-perempuan telanjang yang ada di luar sana, berarti iman kita belum beres…” tuturnya, Allahu Akbar.
Ya ALLAH, Ust. Noordin yang basic nya bukan dari pesantren itu, ingin sekali generasi-generasi muda sesudahnya itu menjadi pejuang-pejuang Islam, yang senantiasa beramar ma’ruf dan nahi mungkar, pemberani, menjadi ‘rijal’ yang kuat dan tak gentar untuk menyuarakan al-haq, di mulai dari diri sendiri, agar supaya menjaga seluruh hal yang bisa mendatangkan murka ALLAH, dimulai dengan menjaga pandangan, yang darinyalah syetan sering menggoda hamba-hamba ALLAH ini, berawal dari mata penglihatan yang suka melihat kemaksiatan yang ujungnya berbuah pikiran negatif, menjdikan amal ibadah tidak konsisten lagi, dan hati ternoda oleh titik hitam yang menjadi bukti perbuatan dosa kita kepada Sang Pencipta Yang Maha Kuasa… ALLAHU Al-Musta’an…
Akhirnya kami ucapkan kepada Ustadz-ustadz kami yeng telah banyak memberikan kami ilmu, semoga antum mendapatkan Jannah-Nya seperti yang antum cita-citakan… wallahu a’lam bish shawab.
insyaAllah ada sambungannya..
Coretan murid Ust. Mukhlas dan Ust. Noordin, Ahmad Isrofiel Mardlatillah…