SURIAH (Arrahmah.com) – Allahu Akbar! salah satu brigade Tentara Kebebasan Suriah (FSA) telah bergabung dengan Mujahidin Jabhah Nushrah li-Ahli Syam, seperti yang dilansir UmmaNews.
Dalam sebuah pernyataan melalui video yang diupload di Youtube pada pertengahan bulan Agustus, brigade al-Qaqa mengatakan bahwa mereka meninggalkan perjuangan dibawah bendera demokrasi dan sekulerisme, mereka memutuskan untuk berjihad hanya semata-mata karena Allah Ta’ala, dan berbaiat kepada Amir Mujahidin Jabhah Nushrah, kelompok Jihad paling kuat yang berada di Suriah.
Para analis meyakini bahwa Mujahidin meningkatkan operasi-operasi mereka di Suriah dan membangun jaringan yang terorganisir dengan baik di negara itu.
Ketakutan barat
Badan-badan intelijen Amerika takut bahwa para pendukung Syariah Islam akan menciptakan benteng kuat yang tidak mungkin untuk dikalahkan. Terutama dalam konteks bergabungnya FSA dengan Al-Qaeda yang akan memperkuat jihad di Suriah dan menghancurkan misi Barat di Suriah.
Mujahidin dari berbagai negara hampir setiap hari tiba di Suriah. Dalam beberapa bulan saja, ada arus kedatangan yang hampir tak terputuskan dari Mujahidin Al-Qaeda dari Irak yang telah mendapatkan pengalaman dalam Jihad melawan Amerika. Mereka berperang bahu membahu bersama para pejuang FSA, terkhusus di kota-kota besar seperti Aleppo.
Para komandan FSA yang pro-Demokrasi memperingatkan Barat bahwa jika AS dan Eropa tidak meningkatkan pengiriman senjata kepada mereka, mereka akan bergabung dengan Mujahidin.
Seperti yang dinyatakan oleh seorang komandan “pemberontak” di Aleppo pekan lalu bahwa mereka akan bergabung dengan Al-Qaeda jika tidak ada yang lain yang membantu mereka.
“Kami tidak ingin Al-Qaeda di sini, tetapi jika tidak ada seorang pun yang membantu kami, kami akan membuat aliansi dengan mereka,” kata Abu Ammar, dilansir UmmaNews.
Menurutnya, cukup sulit bagi para pejuang FSA untuk melawan unit-unit bala tentara Syiah Alawiyah yang didukung Rusia dan Iran, meliputi pasukan dan persenjataan.
“Kami menginginkan mereka (negara-negara Barat) untuk memberikan kami senjata untuk mempertahankan diri kami atau untuk campur tangan secara militer. Kami marah. Orang-orang Suriah masih sama seperti orang-orang Eropa (maksudnya pro-Demokrasi -red), tetapi jika terus berlangsung seperti itu, kalian akhirnya membenci mereka (Barat),” tambah Abu Ammar.
Namun, opini Abu Ammar tersebut bukan berarti mewakili seluruh pejuang FSA atau warga Suriah, hanya beberapa pemimpin FSA yang pro-Demokrasi saja yang berpikir demikian. Adapun bagi umumnya para pejuang FSA, mereka terbukti bahu membahu bersama kelompok Jihad lainnya dalam berjihad melawan musuh-musuh Islam dan sepakat dengan Mujahidin untuk meninggikan kalimat Allah di bumi Syam.
Sumber-sumber terpercaya juga menunjukkan bahwa FSA dan Al-Qaeda berada di medan yang sama dalam berjihad melawan rezim Nushairiyah dan para pendukungya, dan mayoritas warga sipil biasa juga menginginkan Syariah Islam tegak setelah rezim Nushairiyah tumbang. Inilah yang membuat AS khawatir dan tidak tahu bagaimana harus menghadapi situasi seperti ini, karena sebelumnya AS memperhitungkan pasukan sekuler bisa berkuasa menggantikan Bashar Assad di Suriah, seperti analisa National Post.
Barat mengatakan bahwa kaum Muslimin dan para pejuang Suriah ingin lepas dari rezim diktator Bashar Assad untuk hidup di bawah naungan demokrasi. Namun klaim Barat tersebut keliru, karena mayoritas Muslim Suriah dan para pejuangnya menginginkan hidup di bawah naungan Syariah Islam.
(siraaj/arrahmah.com)