GAZA (Arrahmah.com) – Sslah seorang relawan Medical Emregenci Rescue Committe (MER-C) Nur Ikhwan Abadi yang menetap di Gaza, Palestina menceritakan sekelumit suasana di 10 terakhir Ramadhan di Bumi Jihad tersebut. hal ini ia sampaikan sebagai bahan ibroh (pelajaran) untu kaum Muslimin di Indonesia. Berikut Penuturan Nur Ikhwan.
Ramadhan memang bulan penuh berkah, keberkahan itu sendiri sangat terasa tatkala kita berada di negeri syam, Gaza Palestina. Terlihat dari makmurnya masjid-masjid di Gaza, mulai dari shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, shalat malam, dan ibadah-ibadah lainnya. Malam hari terasa sangat hidup dan masjid pun terasa sangat makmur dibuatnya.
Menjelang 10 hari terakhir Ramadhan, para takmir masjid pun berbenah. Mereka menyiapkan masjid yang akan segera digunakan untuk itikaf, para jamaah itikaf dijamu sedemikian rupa sehingga bisa nyaman dan khusuk dalam beribadah. Salah satu masjid yang selalu ramai di bulan ramadhan adalah masjid Mus’ab bin Umair. Masjid yang terletak di bilangan Talil Islam, Gaza City ini memang terbilang cukup makmur. Sejak awal ramadhan masjid senantiasa dipenuhi dengan para jamaah yang melaksanakan ibadah shalat tarawih, dan bisa dibilang tidak menyusut dari awal hingga akhir selalu penuh. Di Masjid Mus’ab bin Umair inilah para relawan pembangunan RS Indonesia melaksanakan ibadah sehari-harinya.
Takmir masjid menyiapkan tempat untuk menginap, makanan untuk berbuka dan sahur yang dibagikan secara cuma-cuma kepada para jamaah itikaf. Mereka begitu semangat melayani para tamu Allah yang hendak beribadah di akhir Ramdhan ini. Berbagai program pun disusun oleh panitia, selain tarawih dan shalat malam/qiyamul lail, juga diadakan tausiyah dari para ulama di Gaza. Tausiyah yang memberikan semangat, menyentuh hati untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Selain itu, shalat malam diimami oleh para anak-anak muda penghafal Qur’an, setiap malam setidaknya 2 juz al-qur’an dibaca selama shalat malam. Untuk 2 rakaat shalat bisa mencapai dua puluh menit lamanya, karena Imam membaca setidaknya 2 halaman setiap rakaat ditambah ruku dan sujud yang cukup lama.
Sepuluh hari akhir ramadhan merupakan hari yang sangat dinanti oleh orang beriman. Di 10 hari terakhir itulah disunnahkan untuk melaksanakan itikaf, berdiam diri di dalam masjid, melupakan segala hirup pikuk dunia dan mendekatkan segenap jiwa dan raga kepada sang Maha Pencipta.
Jumlah jamaah yang mendatangi masjid akan semankin banyak menjelang tengah malam. Mereka membawa keluarga dan anak-anaknya untuk turut serta melakukan shalat malam di masjid. Terlebih di malam-malam ganjil, jumlah jamaah akan membludak memenuhi setiap penjuru masjid sejak sore hari. Seperti yang terjadi di malam 27 Ramadhan di masjid Mus’ab bin Umair. Sejak sore hari lajnah telah menyiapkan tempat hingga keluar halaman masjid.
Awalnya kami tidak menyangka jika jamaah akan sebanyak itu memenuhi masjid. Menjelang tengah malam para jamaah berbondong-bondong berdatangan menuju masjid yang memiliki kapasitas lebih dari 1.000 orang tersebut. Orang tua, ibu-ibu, anak-anak, ada pula pejabat pemerintah, rakyat biasa pun berbaur menjadi satu untuk menggapai ridho Rabb-nya. Ketika shalat dimulai masjid sudah tidak muat menampung para jamaah, sehingga banyak para jamaah masjid yang harus shalat di halaman yang telah disiapkan oleh panitia.
Dari pengamatan kami tidak kurang dari 2.000 orang yang mengikuti shalat malam hari itu, dimana jumlah tersebut lebih banyak dari shalat jumat sekalipun.
Para jamaah dengan khusuk dan tenang mengkuti imam shalat, shalat diselingi dengan tausiyah dari para ulama Gaza. Dalam tausiyahnya para ulama menekankan keagungan malam Lailatul Qadar dan menganjurkan untuk mencarinya malam hari itu. Selain itu, para jamaah diingatkan pula tentang kehidupan dunia yang sementara, yang hanya persinggahan untuk kehidupan akhirat yang kekal, jangan terlena dengan kehidupan dunia, sering lah mengingat kematian karena kematian adalah hal yang pasti akan datang menghampiri setiap jiwa yang bernyawa.
Suasana malam itu terasa benar khusuknya meskipun ribuan orang hadir dalam shalat malam tersebut. Shalat ditutup dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Ini bagian yang paling menyentuh hati, dimana hampir semua jamaah menangis meneteskan air mata taatkala doa dipanjatkan kepada Rabb-nya.
Dalam doanya sang imam memohonkan ampunan kepada seluruh muslimin dimanapuan berada, memohonkan agar disatukannya hati-hati kaum muslimin, memohonkan pertolongan Allah terhadap muslimin di Burma, Suriah, Iraq, Afghanistan dimanapun berada. Memohon pertolongan Allah untuk terbebasnya Palestina dan masjid Al-Aqsha dari tangan-tangan keji Israel. Memohon kepada Allah agar para tahanan Palestina yang ditahan oleh penjajah Israel segera dibebaskan.
Begitulah sekilas “kehidupan malam” di sepuluh hari akhir Ramadhan di Gaza, benar-benar hidup dan sangat indah. Pantas saja bumi ini diberkahi, selain penduduknya beriman dan taat kepada Allah juga setiap tahunnya melahirkan puluhan ribu hafidz dan hafidzah, serta tanahnya semakin subur dengan darah para syuhada yang mengalir menyuburkan tanah penuh keberkahan ini. (bilal/nurikhwan/arrahmah.com)