KABUL (Arrahmah.com) – Militer AS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan puluhan orang yang diklaimnya ‘militan’ selama akhir pekan setelah para salibis itu menunggu-nunggu untuk melancarkan serangan ofensif besar terhadap Kandahar, kota terbesar kedua di Afghanistan.
ISAF, salah satu unit NATO yang sengaja dibuat untuk mendukung pendudukan pimpinan Amerika Serikat di Afghanistan, melaporkan jumlah korban terbesar di dua wilayah di timur negara itu.
Di Provinsi Laghman timur, ISAF melaporkan bahwa serangan udaranya telah menewaskan sedikitnya 30 orang dalam sebuah “pertempuran” di distrik Alishing. NATO mengklaim bahwa semua korbannya adalah ‘militan’, tak ada satupun warga sipil.
Namun, pada hari Sabtu pekan lalu, ratusan orang Afghanistan berdemonstrasi di jalan-jalan Mihtarlam, ibukota provinsi, untuk memprotes pembantaian warga sipil tidak bersenjata dalam serangan itu. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang mengutuk pendudukan (baca: penjajahan) pimpinan AS.
Kantor berita Afghanistan, PAN, mengutip salah satu demonstran, Sharifulla, yang mengatakan bahwa tidak ada militan tewas yang dalam operasi seperti yang diklaim oleh NATO dan semua korban adalah warga sipil. New York Times juga mengutip seorang juru bicara Taliban yang mengatakan tidak ada aktivitas mujahidin di daerah ini dan bahwa semua orang yang tewas warga sipil.
Polisi menggunakan selang air pemadam kebakaran dan menembakkan peluru tajam untuk membubarkan para demonstran.
“Itu bukan benar-benar sebuah protes,” klaim kepala polisi provinsi, Ghulam Aziz. “Ini sebenarnya suatu pemberontakan oleh beberapa elemen yang ingin mengganggu keamanan.”
Setelah protes, juru bicara ISAF mengatakan, “Jika ada indikasi pada semua korban sipil, kami akan menyelidiki hal itu.”
Pembunuhan besar lainnya terjadi berada di provinsi Khost timur, di mana seorang juru bicara NATO melaporkan bahwa 42 ‘pemberontak’ tewas dalam serangan udara Amerika Serikat setelah mereka terdeteksi mencoba untuk menyeberangi perbatasan dari Pakistan.
Secara terpisah, ISAF pun mengklaim bahwa empat ‘komandan pemberontak’ telah ditangkap atau tewas di provinsi Khost, Paktika, dan Helmand. Klaim ini muncul seiring dengan dilakukannya operasi penyisiran dan penggerebekan oleh pasukan operasi pembunuhan khusus yang menargetkan siapapun yang dicurigai tergabung dalam kelompok bersenjata yang menentang pendudukan dan pemerintah Presiden Hamid Karzai yang didukung AS. Dan operasi militer semacam ini pula yang telah menjadi sumber utama jatuhnya korban sipil.
Dalam insiden lain, juru bicara ISAF terpaksa mengakui bahwa pasukan AS telah menembak dan menewaskan dua warga sipil di Provinsi Helmand selatan pada hari Minggu. Pembunuhan terjadi di kota Musa Qala, di mana pasukan telah mendirikan pos-pos pemeriksaan menyusul serangan oleh yang dilancarkan oleh mujahidin.
Pihak militer asing itu mengklaim bahwa dua orang laki-laki, yang mengendarai sepeda motor, telah mengabaikan peringatan pasukannya dan malah mempercepat kendaraannya dan mengarahkan kendaraan menuju pos pemeriksaan.
Sementara itu, bersamaan dengan terus dilakukannya pembantaian warga sipil oleh para tentara salibis, mereka pun harus mengalami kerugian internal yang besar dengan tewasnya sekitar 531 tentara selama tahun 2010. Oleh sebab itulah, tahun ini menjadi tahun paling mematikan bagi salibis sejak invasi AS ke Afghanistan pada bulan Oktober 2001. (althaf/arrahmah.com)