ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pemerintah Pakistan marah setelah NATO mengatakan helikopter AS telah melintas ke wilayahnya dari Afghanistan untuk menyerang militan dan telah menewaskan lebih dari 50 orang yang diklaim sebagai mujahidin Taliban, Guardian melaporkan pada Senin (27/9/2010).
Setelah dua serangan helikopter ISAF terjadi selama akhir pekan, kemungkinan NATO akan melanjutkan serangan serupa di masa mendatang di Pakistan. Hal ini pun didasari pada
Kementerian Luar Negeri Pakistan mengutuk serangan-serangan ini sebagai pelanggaran terhadap mandat PBB. Pemerintah Pakistan mengatakan pihaknya telah melakukan protes resmi pada NATO.
Sebagaimana yang respon yang biasa diberikan pemerintah terhadap pesawat tanpa awak AS secara teratur menyeberang ke Pakistan dan melancarkan serangan yang seringkali menewaskan banyak warga sipil, respon terhadap serangan helikopter tempur NATO pun hanya sebatas kecaman.
Sementara itu, seorang analis mengatakan, “Mereka (NATO) harus diperingatkan. Sekali lagi mereka melakukannya, hal itu akan mengantarkan pada peperangan yang baru. Unit kita harus dikerahkan untuk menanggapi mereka. Perbatasan ini memiliki kesucian. NATO harus menyadari bahwa mereka memiliki mandat untuk beroperasi di Afghanistan, bukan di Pakistan.”
NATO sedang mencari pembenaran untuk memperluas serangannya ke Pakistan dengan dalih membela diri atau mengejar target.
Gempuran ini juga dinilai berbagai pihak akan menambah tekanan pada pemerintah pro-barat yang sudah rapuh di Pakistan.
Marvi Memon, seorang anggota parlemen oposisi, mengatakan ia akan mengangkat isu di parlemen dan menuntut untuk mengetahui apakah ada kesepakatan mengenai serbuan NATO di Pakistan.
“Pertahanan diri bukan alasan untuk melanggar wilayah udara dan kedaulatan kami,” katanya.
Menurut NATO, pos militer Afghanistan yang terpencil di provinsi timur Khost, dekat perbatasan Pakistan, menjadi target tembakan pada hari Sabtu. Kemudian, dua helikopter Apache AS dikerahkan untuk merespon tembakan yang berasal dari wilayah Pakistan itu hingga sampai di wilayah Kuram, Pakistan. (althaf/arrahmah.com)