DHAKA (Arrahmah.com) – Bangladesh telah memulai langkah memonitor atau memata-matai khutbah setiap hari jum’at di masjid-masijd untuk memastikan para ulama mengikuti ‘pedoman resmi’ dalam menyoroti ‘bahayanya militansi’, kata seorang pejabat setempat, Rabu (8/8/2012).
Otoritas Bangladesh telah menyebarkan ‘pedoman resmi’ ke lebih dari 200.000 Masjid beberapa bulan lalu, kata Shamim Muhammed Afzal, kepala Yayasan Islam pemerintah, kepada AFP.
“Kami telah membentuk unit anti-militansi di Yayasan Islam. Setiap pekan, para petugas kami memantau sedikitnya 10 Masjid di Dhaka untuk melihat apakah para ulama berbicara tentang ‘militansi’ dalam khutbah jum’at mereka,” katanya.
“Badan-badan pemerintahan lainnya memonitor khutbah di masjid-masjid di seluruh negara ini,” tambahnya.
Afzal mengklaim bahwa ‘pedoman resmi’ itu telah menghasilkan dampak, yaitu nampak terlihat sedikitnya aksi atau pertemuan para Islamis dalam beberapa bulan.
“Kami telah berhasil meyakinkan para ulama dan guru-guru Islam tentang bahayanya ‘militansi’. Sekarang mereka berbicara menentang ‘filsafat Maududi’, yang telah merugikan Islam di anak benua ini,” katanya.
Abu A’la al-Maududi, yang wafat pada 1979, adalah seorang pendiri Jamaat-e-Islami (Jamaah Islamiyah yang pertama berdiri di India) untuk memperjuangkan Syariah Islam, kelompok ini memiliki cabang di Bangladesh dan dianggap salah satu kelompok Islam ‘berbahaya’.
Tahun lalu, pemerintahan Bangladesh berencana untuk ‘mengintegrasikan’ ratusan sekolah Islam untuk dijadikan sekolah dengan sistem pendidikan sekuler dengan perkiraan biaya sekitar 70 juta USD. (siraaj/arrahmah.com)