SOMALIA (Arrahmah.com) – Teroris Amerika Serikat (AS) dan antek-atek Barat lainnya telah bercokol di Somalia beberapa tahun, namun mereka masih bergerak secara sembunyi-sembunyi dibalik pasukan Misi ‘Perdamaian’ Uni Afrika (AMISOM). Biasanya, mereka hanya bergerak selaku para pelatih pasukan AMISOM dan pasukan rezim Somalia (TFG), penyokong dana, melakukan patroli serta ‘memainkan’ remote-controlled drone untuk membunuh warga Muslim Somalia.
Sebuah laporan telah mengungkapkan bahwa pasukan salib AS diam-diam mempersenjatai dan melatih ribuan pasukan AMISOM untuk disiapkan sebagai boneka mereka untuk menyerang kaum Muslimin Somalia, terkhusus jajaran Mujahidin Al-Shabaab.
“Secara resmi, pasukan berada dibawah naungan pasukan Uni Afrika (AU). Tetapi sebenarnya, berdasarkan wawancara para pejabat AS dan Afrika serta para petinggi senior militer dan dokumen-dokumen dana, (mengungkapkan) 15.000 pasukan berkekuatan yang ditarik dari negara-negara Afrika adalah sebagian besar merupakan bentukan Departemen Dalam Negeri dan Pentagon, dilatih dan disuplai oleh pemerintah AS,” LA Times melaporkan, Senin (30/7/2012).
Laporan itu menambahkan bahwa pasukan teroris AS bersama puluhan veteran personel militer asing lainnya, yang disewa melalui perusahaan kontraktor swasta, adalah pembimbing pasukan AU.
Salibis AS pernah mengalami kekalahan memalukan di Somalia, mendapatkan kerugian besar, dan mundur dengan terhina. Sekarang, AS nampak berusaha untuk membalas dendam, namun dengan mengerahkan boneka mereka untuk turun ke medan tempur.
“Hampir 20 tahun setelah para pasukan AS menderita kekalahan berdarah di Somalia. Hanya saat ini, pasukan Afrika yang melakukan pertempuran dan mati,” laporan itu mengatakan.
Dengan mengerahkan pasukan AMISOM, “pemerintahan Obama sedang berusaha untuk menggapai cita-cita militer AS dengan meminimalisir resiko kematian tentara Amerika dan mengurangi debat publik,” laporan itu menambahkan. Menunjukkan AS takut banyak ‘korban’ dari kalangannya yang mati dan tidak ingin banyak mendapat kutukan dari rakyatnya.
“AS dapat menanggung perang di Somalia dengan harga murah. Biaya lebih dari empat tahun kurang dari 700 juta USD, hanya sepersepuluh dari biaya militer di Afghanistan dalam satu bulan. Tetapi kartuharga ini bisa berkembang. Lebih dari sepertiga bantuan AS telah dikeluarkan sejak 2011.”
Menurut laporan itu, pasukan AU disuplai drone, amunisi, senjata, kendaraan bersenjata pembawa pasukan, kacamata malam, alat komunikasi canggih, perlatan medis dan bantuan peralatan canggih lainnya serta pelatihan.
“Pemerintahan AS telah melakukan hal yang sangat baik dalam menyokong kami dan kami sangat berterimakasih untuk itu, tetapi mereka dapat melakukan yang lebih lagi,” kata Brig. Jend. Komba Mondeh, seorang kepala operasi di Sierra Leone, di mana militer AS melatih pasukan Afrika.
“Ini adalah perang yang sebenarnya, dan kami berharap akan melihat kantong-kantong mayat kembali ke rumah,” kata Mondeh.
Resolusi PBB pada awal tahun ini -yang berada dibawah aturan AS- telah mengizinkan penambahan pasukan yang memungkinkan AU untuk meluncurkan fase kedua invasi militer mereka dan memperluasnya diluar ibukota Somalia.
Alhasil, pasukan Uganda meningkatkan jumlahnya dari 5.160 hingga 6.860, sementara pasukan Kenya akan ditingkatkan hingga 4.700, Burundi akan meningkatkan pasukan hingga 1.000, dan Djibouti akan mengirim pasukan tambahan sekitar 850 tentara siap tempur.
Tapi, mereka dengan jumlah sebesar itu dan peralatan secanggih demikian tetap selalu mengalami kegagalan demi kegagalan menghadapi Mujahidin Al-Shabaab yang jumlah dan peralatannya tak setara dengan pasukan boneka salibis itu. (siraaj/arrahmah.com)