JAKARTA (Arrahmah.com) – HKBP dalangi penusukan jemaatnya sendiri. Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (FPI), Munarman SH dalam pertemuan bertema “Dialog Terbuka Mencari Solusi HKBP” di Hotel Marcopolo, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (16/9) mengatakan bahwa biang keladi insiden penusukan jemaat HKBP adalah provokasi jemaat HKBP sendiri. Sayangnya, wakil HKBP sendiri tidak berani hadir untuk membantah ataupun membenarkan tudingan tersebut!
Berita Miring Media Massa Pojokkan Islam
Berita media massa terhadap insiden penusukan jemaat HKBP cenderung diskriminatif dan memojokkan Islam. Munarman SH mengklarifikasi berbagai berita media massa dengan mengungkapkan 7 fakta di balik insiden 12 September itu. Inilah klarifikasi atas insiden penusukan jemaat gereja ilegal HKBP Pondok Indah Bekasi:
1. Dua puluh tahun, umat Islam Bekasi telah menunjukkan ketinggian sikap toleransi dan kebesaran jiwa terhadap Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan membiarkan jemaat HKBP melakukan kebaktian setiap Minggu di rumah tinggal seorang warga perumahan Mustika Jaya, Ciketing, Bekasi Jawa Barat.
Dalam kurun waktu dua puluh tahun tersebut, umat Islam Bekasi tidak pernah keberatan, apalagi usil dan mengganggu ibadah Jemaat HKBP di tempat tersebut. Selama dua puluh tahun, umat Islam Bekasi tetap tidak protes dengan adanya Jemaat HKBP yang datang dari luar perumahan, bahkan luar Bekasi, ke tempat tersebut.
Namun, setelah dua puluh tahun, seiring dengan makin banyaknya Jemaat HKBP yang datang ke tempat tersebut dari berbagai daerah, maka Jemaat HKBP mulai tidak terkendali. Bahkan Jemaat HKBP mulai arogan, tidak ramah lingkungan, tidak menghargai warga sekitar yang mayoritas muslim, seenaknya menutup jalan perumahan untuk setiap kegiatan mereka, bertingkah bak penguasa, merusak tatanan kehidupan bertetangga, menciptakan berbagai problem sosial dan hukum. Puncaknya, HKBP ingin menjadikan rumah tinggal tersebut sebagai gereja liar.
Setelah dua puluh tahun, umat Islam Bekasi, khususnya warga perumahan Pondok Timur Indah Bekasi, mulai gerah dan merasa terganggu dengan pola tingkah Jemaat HKBP yang semakin hari semakin arogan, bahkan nekad memanipulasi perizinan warga sekitar untuk gereja liar mereka.
Sekali pun kesal, kecewa dan marah, umat Islam Bekasi tetap patuh hukum dan taat undang-undang. Gereja liar HKBP di Ciketing diprotes dan digugat melalui koridor hukum yang sah, sehingga akhirnya gereja liar tersebut disegel oleh Pemkot Bekasi. Tapi HKBP tetap ngotot dengan gereja liarnya, bahkan solusi yang diberikan Pemkot Bekasi untuk dipindahkan ke tempat lain secara sah dan legal pun ditolak.
2. HKBP menebar fitnah bahwa umat Islam Bekasi melarang mereka beribadah dan mengganggu rumah ibadah mereka. Lalu secara demonstratif jemaat HKBP setiap Minggu keliling melakukan konvoi ritual liar dengan berjalan kaki, dari gereja liar yang telah disegel ke lapangan terbuka dalam perumahan di depan batang hidung warga muslim Ciketing, dengan menyanyikan lagu-lagu gereja, tanpa mempedulikan perasaan dan kehormatan warga muslim di sana.
Akhirnya, terjadi insiden bentrokan antara HKBP dengan warga muslim Ciketing pada Minggu 8 Agustus 2010, tiga hari sebelum Ramadhan 1431 H. Dalam insiden tersebut, dua pendeta HKBP sempat mengeluarkan pistol dan menembakkannya.
3. Di saat umat Islam Bekasi masih dalam suasana Idul Fitri, pada Minggu 12 September 2010 M, Pendeta dan ratusan Jemaat HKBP kembali melakukan provokasi dengan menggelar konvoi ritual liar sebagaimana yang dulu sering mereka lakukan. Sehingga, terjadilah insiden bentrokan antara 200 orang HKBP dengan 9 aktivis Islam warga Bekasi yang berpapasan saat konvoi. Peristiwa tersebut didramatisir oleh HKBP sebagai penghadangan dan penusukan pendeta.
Media pun memelintir berita peristiwa tersebut, sehingga terjadi penyesatan opini. akhirnya, banyak anggota masyarakat menjadi korban media, termasuk Presiden sekali pun.
4. Peristiwa Minggu 12 Septembar 2010 M, bukan perencanaan tapi insiden, bukan penghadangan tapi perkelahian, bukan penusukan tapi tertusuk, karena 9 warga Bekasi yang dituduh sebagai pelaku adalah pemuda Muslim yang sedang lewat berpapasan dengan konvoi ritual liar yang dilakukan 200 HKBP bersama beberapa pendetanya di lingkungan perkampungan warga muslim Ciketing. Lalu terjadi perkelahian, saling pukul, saling serang, saling tusuk dan saling terluka.
Pendeta dan jemaat HKBP yang dirawat di rumah sakit dibesuk pejabat tinggi, mendapat perhatian khusus Presiden, Menteri dan DPR RI, namun siapa peduli dengan warga Bekasi yang juga terluka dan dirawat di Rumah Sakit? Bahkan salah seorang dari 9 warga Bekasi tersebut, justru ditangkap saat sedang dirawat di sebuah Rumah Sakit akibat luka sabetan senjata tajam HKBP.
Karena itu, mari gunakan logika sehat: Jika peristiwa tersebut perencanaan, mana mungkin 9 pemuda Muslim melakukannya secara terang-terangan dengan busana muslim dan identitas terbuka! Jika peristiwa tersebut penghadangan, mana mungkin 9 orang menghadang 200 orang, apa tidak sebaliknya?! Jika peristiwa tersebut penusukan, mana mungkin 9 pemuda Muslim lebam-lebam, luka, patah tangan, bahkan ada yang tertusuk juga !
5. Soal penonaktifan Ketua FPI Bekasi Raya oleh DPP-FPI bukan karena melakukan kesalahan, tapi untuk melancarkan roda organisasi FPI Bekasi Raya yang teramat berat tantangannya, sekaligus meringankan beban tugas sang ketua yang sedang menghadapi ujian berat dalam menghadapi tuduhan dan proses hukum. Jadi, putusan tersebut sudah tepat.
6. Ketua FPI Bekasi Raya, baru disebut-sebut namanya saja oleh pihak kepolisian, sudah dengan gagah langsung menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya secara sukarela didampingi DPP-FPI untuk diperiksa. Dan siap menjalani proses hukum bila dinilai bertanggung-jawab dalam insiden Bekasi, walau pun beliau tidak ada di lokasi kejadian. Bandingkan dengan sikap pengecut Pemred Playboy Erwin Arnada yang melarikan diri dari vonis dua tahun penjara yang sudah ditetapkan Mahkamah Agung sejak 29 Juli 2009.
7. Bagi segenap pengurus, anggota, aktivis, laskar dan simpatisan FPI dari Pusat hingga ke Daerah, bahwa Ketua FPI Bekasi Raya adalah pejuang bukan pecundang. Beliau tidak ada di lokasi kejadian saat peristiwa. Beliau hanya kirim SMS ajakan kepada umat Islam untuk membela warga Ciketing beberapa hari sebelum peristiwa, tapi dituduh sebagai provokator, sedang Para Pendeta HKBP yang mengajak, membawa dan memimpin massa Kristen serta memprovokasi warga muslim dengan konvoi ritual liar, tak satu pun yang diperiksa.
Senada itu, Sekretaris Presidium Kongres Umat Islam Bekasi (KUIB), H Shalih Mangara Sitompul menjelaskan bahwa insiden penusukan jemaat gereja ilegal HKBP Bekasi itu murni dipicu oleh sikap angkuh gereja HKBP yang membangkang terhadap peraturan pemerintah yang telah disepakati oleh semua instisusi agama di Indonesia.
“Akar masalah yang terjadi di Ciketing adalah ketidakpatuhan pihak HKBP terhadap aturan pemerintah yang telah ditetapkan,” tegasnya.
HKBP Ingkar Janji & Tidak Berani Datang
Sayangnya, acara yang dimaksudkan dapat mencari solusi atas insiden penusukan jemaat gereja ilegal HKBP itu tak dihadiri oleh pihak HKBP Bekasi. Hanya ada dua kubu yang hadir dalam pertemuan tersebut, yaitu pihak umat Islam Ciketing diwakili oleh Sekretaris Presidium Kongres Umat Islam Bekasi (KUIB), H Shalih Mangara Sitompul, sementara pihak FPI – yang dituduh ikut bertanggung jawab atas peristiwa 12 September- diwakili oleh Munarman SH.
Padahal, menurut Koordinator Nasional Gerakan Peduli Pluralisme, Demian Dematra, acara tersebut sebenarnya diprakarsai oleh HKBP sendiri untuk berdialog dengan umat Islam. Namun sampai acara berakhir, perwakilan dari HKBP tak ada yang hadir tanpa alasan yang jelas.
“Sangat disayangkan mereka tidak ada yang hadir, padahal kita sudah merencanakan membuat rekomendasi untuk masalah ini,” kata Demian yang juga menjadi host pada acara tersebut.
…Sayangnya, acara yang dimaksudkan dapat mencari solusi atas insiden penusukan jemaat gereja ilegal HKBP itu tak dihadiri oleh pihak HKBP. Padahal acara tersebut sebenarnya diprakarsai oleh HKBP sendiri …
Ketidakhadiran HKBP tidak diketahui dengan jelas alasannya, padahal menurut Demian, dia sudah berkali-kali mengkonfirmasi pihak HKBP untuk menyempatkan waktu pada acara yang mereka usulkan sendiri tersebut.
“Saya sudah berulang kali mengkonfirmasi mereka, tapi saya tidak tahu alasan mereka apa, mengapa tidak bisa hadir? Padahal acara ini usulan dari mereka untuk menyelesaikan masalah ini,” ungkap pria berambut gondrong tersebut.
(M Fachry/voa-islam/arrahmah.com]