KAIRO (Arrahmah.com) – Menlu AS, Hillary Clinton, tiba di Mesir pada Sabtu siang (14/7/2012) dan memulai kunjungan 48 jamnya dengan menemui presiden negeri tersebut yang baru terpilih, Muhammad Mursi.
Clinton tiba di bandara Kairo pada pukul 16.00 waktu setempat dan langsung menuju istana presiden di Heliopolis untuk bertemu dengan Mursi. Sebuah konferensi pers diadakan setelah pertemuan tersebut.
Berdasarkan sumber diplomatik, Clinton dan Mursi akan membahas hubungan Mesir-AS dan bantuan militer serta ekonomi yang diberikan oleh AS untuk Mesir. Selain itu, mereka pun membahas perkembangan regional di Sudan dan Suriah.
Mesir, penerima bantuan AS terbesar kedua setelah Israel, telah menerima rata-rata sebesar $ 1,6 miliar per tahun karena menandatangani perjanjian damai dengan Israel 1979. Dari jumlah ini, lebih dari 65 persen – atau $ 1,3 miliar – merupakan bantuan militer, yang memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan luar negeri Mesir.
Sebuah rancangan undang-undang diusulkan pada bulan Mei oleh Senat AS, dimana bantuan militer AS untuk Mesir akan sangat bergantung pada kestabilan dalam militer Mesir. Salah satu syarat yang ditetapkan adalah bahwa Mesir harus memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian 1979 dengan Israel.
Setelah pembicaraan dengan Mursi, Clinton akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir, Mohamed Kamel Amr, untuk membahas transisi demokrasi negara tersebut dan kebijakannya terhadap AS dan Israel.
Diskusi mereka berlangsung selama jamuan makan malam di Kementerian Luar Negeri Mesir, dimulai sekitar 18.30 pada Sabtu malam (14/7).
Menurut Reuters, Clinton juga akan bertemu kepala militer, Field Marshall Hussein Tantawi, Minggu (15/7), namun tidak ada rincian lebih lanjut tentang waktu atau lokasi pertemuan.
Selain itu, pada Minggu pagi (15/7) Clinton dijadwalkan bertemu dengan perwakilan organisasi hak-hak perempuan setempat untuk membahas status perempuan Mesir setelah pemberontakan 2011.
Clinton kemudian akan menuju ke Alexandria pada sore harinya, dan secara resmi membuka konsulat baru AS di kota pantai tersebut sekitar pukul 15.30 waktu setempat.
Laporan sebelumnya memperkirakan Clinton juga akan memberikan pidato di Bibliotheque Alexandria. Namun, ditolak oleh kantor pers dari Kedutaan Besar AS di Kairo.
Akhir pekan ini menandai kunjungan resmi pertama Clinton ke Mesir sejak Muhammad Mursi dilantik sebagai presiden pertama Mesir.
Kunjungan Clinton ke Mesir ini datang di tengah kecaman yang meningkat di beberapa kalangan atas dugaan adanya kesepakatan rahasia antara Ikhwanul Muslimin dan AS di masa lalu.
Sejak tahun 1970, Mesir telah dianggap salah satu sekutu utama Washington di Timur Tengah dan menjadi negara yang cukup penting bagi AS untuk memainkan strateginya di wilayah regional Arab dan Afrika.
Tapi penggulingan Hosni Mubarak di awal 2011 dan pemilihan presiden dari kubu partai yang mengklaim dirinya parta Islam baru-baru ini telah membuat sebagian kalangan memprediksi perubahan yang signifikan dalam hubungan masa depan antara Washington dan Kairo. (althaf/arrahmah.com)