PARIS (Arrahmah.com) – Mentri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, menyatakan bahwa intervensi militer dari luar menjadi salah satu pilihan untuk menghentikan pergolakan di Mali setelah kelompok mujahidin Islam menguasai seluruh Mali. Hal itu diungkapkan Fabius pada Kamis (12/7/2012), seperti dilaporkan oleh Reuters.
“Suatu saat atau pada kesempatan lain, mungkin akan dilakukan penggunaan kekuatan,” kata Fabius. Fabius menambahkan bahwa intervensi militer akan dipimpin oleh kekuatan militer Uni Afrika, namun dengan dukungan kekuatan militer internasional.
Media massa di Mali memberitakan bahwa kelompok mujahidin Anshar al-Dien berhasil merebut basis militer terakhir yang dikuasai oleh Gerakan Nasional Pembebasan Azawad di kota Ansogo, sekitar 100 kilometer utara kota Gou pada Rabu (11/7/2012).
Masih menurut media massa di Mali, Gerakan Nasional Pembebasan Azawad terlibat bentrokan dengan mujahidin Anshar al-Dien di kota Gou pada 27 Juni lalu. Pasca bentrokan Gerakan Nasional Pembebasan Azawad menarik mundur pasukannya ke kota Ansogo sampai akhirnya dipukul mundur dari kota itu pada Rabu kemarin.
Kebenaran berita bentrokan antara mujahidin Anshar al-Dien dan Gerakan Nasional Pembebasan Azawad di Mali Utara sampai saat ini masih simpang siur. Kedua kelompok itu telah sepakat menegakkan Imarah Islam dan menegakkan syariat Islam di wilayah Mali Utara yang mereka kuasai. Penegakan syariat Islam dan pelaksanaan jihad inilah yang dikhawatirkan oleh penjajah salibis Amerika, Prancis, Barat dan negara-negara sekuler Afrika.
(muhib almajdi/arrahmah.com)