KABUL (Arrahmah.com) – Komandan AS tengah dilanda kecemasan luar biasa terkait dengan rencana salah satu gereja di Florida untuk melakukan pembakaran Al Quran dalam rangka memperingati tahun ke-9 pasca serangan 11 September di WTC. Aksi yang mengundang kemarahan muslim di seluruh dunia ini, menurut Petraeus dikhawatirkan akan membahayakan pasukannya di Afghanistan, lansir Al Jazeera pada Selasa (7/9/2010).
Dua komandan senior AS di Afghanistan mengatakan pada hari Senin (6/9) bahwa pembakaran kitab suci umat Islam yang digagas oleh sekelompok kecil orang dari gereja di Florida, AS, ini memiliki kemungkinan merusak upaya Presiden Barack Obama untuk meraih dukungan 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia.
Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa kegeraman muslim tersebut dapat memicu pembalasan terhadap pasukan Amerika yang sedang ditugaskan di Afghanistan.
Peringatan ini datang di tengah-tengah protes keras oleh ratusan orang di ibukota Afghanistan, Kabul, yang meneriakkan “Matilah Amerika”, saat mereka mengutuk aksi pembakaran direncanakan oleh gereja Dove World Outreach Centre di Gainesville, Florida.
Dove World menyatakan akan melakukan pembakaran Al Quran pada hari Sabtu untuk memperingati ulang tahun kesembilan serangan terhadap Amerika Serikat.
“Hal ini bisa membahayakan pasukan dan bisa membahayakan upaya kami secara keseluruhan,” kata David Petraeus, komandan AS dan NATO di Afghanistan, dalam sebuah pernyataan kepada media massa Amerika Serikat.
“Justru jenis tindakan semacam ini yang bisa dimanfaatkan oleh Taliban dan dapat menimbulkan masalah yang cukup signifikan. Bukan hanya di sini, tapi di manapun di dunia ini, kami diperangi masyarakat Islam.”
Sementara itu, Letnan Jenderal William Caldwell, komandan dari misi pelatihan NATO di Afghanistan, mengatakan kepada CNN bahwa berita tentang pembakaran Al Quran sudah memicu kemarahan rakyat di Afghanistan.
“Itu kitab suci mereka (kaum muslim), sehingga ketika seseorang berkata bahwa mereka akan menghancurkannya, itu artinya menodai sesuatu yang disucikan oleh mereka. Hal ini sudah menjadi topik diskusi dan kekhawatiran di kalangan banyak orang,” katanya.
“Kami merasa bahwa hal ini bisa membahayakan keselamatan orang-orang kami dan wanita yang melayani di sini.”
Kedutaan AS di Kabul mengatakan “Pemerintah Amerika Serikat sama sekali tidak membenarkan tindakan seperti itu karena tidak menghormati agama Islam, dan sangat prihatin tentang upaya yang disengaja untuk menyinggung anggota kelompok agama atau etnis tertentu.”
Dalam komentar yang disiarkan di CNN, Terry Jones, pendeta Dove World Outreach Centre, mengatakan bahwa ia merasa sangat “tragis” jika ada banyak hidup yang hilang akibat dari rencana pembakaran Al Quran.
“Saya masih harus mengatakan bahwa cepat atau lambat kami harus bertindak terhadap Islam,” ujar Terry Jones.
Dalam situsnya, gereja tersebut tak henti melecehkan Islam dengan mengekspos Islam sebagai agama kekerasan dan penindasan dengan tagline “Islam adalah Iblis.”
Di Kabul, para demonstran yang sebagian besar adalah pelajar, berkumpul di luar masjid Milad ul-Nabi dan mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan protes mereka.
“Kami meminta Amerika untuk menghentikan aksi menodai Al Quran,” kata Wahidullah Nori, salah seorang peserta demonstrasi pada Reuters. (althaf/arrahmah.com)