WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sebuah memo CIA yang dirilis oleh WikiLeaks bulan lalu mengungkapkan bahwa Washington memiliki tradisi lama, yakni mengekspor terorisme ke luar negeri yang didukung oleh orang-orang Yahudi Amerika radikal.
Memo yang dikenal dengan “Red Cell” dan dibuat pada tanggal 5 Februari lalu, memperingatkan bahwa Amerika Serikat telah lama mengabaikan terorisme yang diekspor ke luar negeri oleh kelompok ekstremis Yahudi, alertnet.org melaporkan, dikutip oleh Press TV pada Senin (6/9).
Tidak seperti yang digembar-gemborkan oleh media AS selama ini, “ekspor terorisme Amerika” tidak terkait sama sekali dengan Islam atau etnis Timur Tengah, Afrika atau Asia Selatan.
Fenomena yang sudah mengakar ini telah lama didukung dan bahkan dilakukan oleh ekstrimis Yahudi di Amerika Serikat terhadap apa yang mereka sebut “musuh-musuh Israel,” laporan itu menambahkan.
Dalam salah satu insiden yang disorot dalam memo, Baruch Goldstein, seorang dokter Yahudi Amerika dari New York, yang berimigrasi ke Israel pada tahun 1994, “bergabung dengan kelompok ekstremis Kach, dan membunuh 29 orang Palestina yang sedang melakukan shalat di masjid di Hebron.”
Kach didirikan oleh Meier Kahane, seorang rabi radikal Amerika Serikat. Kahane pun mendirikan Liga Pertahanan Yahudi (JDL), yang telah terdaftar sebagai salah satu organisasi ekstremis Yahudi oleh FBI.
Sejak tahun 1968, operasi JDL di Amerika Serikat telah menyebabkan tujuh orang tewas dan melukai lebih dari 22 orang lainnya. Di antara aksi terorisme yang dilakukan oleh JDL adalah pembunuhan tahun 1985 terhadap seorang direktur regional Komite Anti-Diskriminasi Arab-Amerika di California.
Menurut FBI, beberapa bulan setelah serangan 11 September 2001, dua anggota JDL ditangkap oleh Tim Gabungan Penindak Terorisme Los karena bersekongkol untuk meledakkan sebuah masjid di California.
Saat ini, Yahudi Amerika terus meningkatkan dukungannya terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan Israel di wilayah Palestina.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh New York Times bulan Juli, mengatakan bahwa banyak kelompok di Amerika Serikat menggunakan sumbangan bebas pajak untuk membantu Israel membangun pemukiman permanen di wilayah Palestina.
Laporan ini telah mengidentifikasi setidaknya terdapat 40 kelompok Amerika yang telah mengumpulkan lebih dari $ 200 juta dipotong pajak hadiah untuk pemukiman Israel di Tepi Barat dan al-Quds Timur (Yerusalem) selama satu dekade terakhir.
Meskipun klaim bahwa uang itu hanya masuk ke sarana ibadah dan pendidikan Yahudi, namun angka besar sumbangan itu tetap diyakini mendanai kegiatan paramiliter terhadap Palestina yang tinggal di daerah yang diduduki Israel.
Dana Amerika juga digunakan untuk mendukung proyek-proyek yang berfokus pada Yahudisasi al-Quds dan mendanai kampanye Yahudi yang menolak untuk membekukan pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat.
Analis memperingatkan bahwa peran Amerika Serikat dalam mengekspor teror bisa membuat para sekutunya berhenti bekerja sama dengan Washington, terutama dalam kerjasama hukum, termasuk penahanan, transfer narapidana, dan proses introgasi terhadap sejumlah tersangka teror yang selama ini selalu muncul di negeri-negeri muslim. (althaf/arrahmah.com)