ANKARA (Arrahmah.com) – Turki akan menuntut dukungan dari sekutu NATO pada Selasa (26/6/2012) dalam sebuah pertemuan khusus setelah pasukan Suriah menembak jatuh sebuah pesawat perang Turki pekan lalu yang diklaim Damaskus dalam rangka membela diri tetapi Ankara menyatakannya sebagai “tindakan agresif”.
Ini adalah kedua kalinya dalam 63 tahun sejarah NATO seperti termuat dalam pasal 4 anggaran dasar aliansi salibis tersebut, NATO memberikan konsultasi ketika negara anggota merasa integritas teritorial, kemerdekaan politik, atau keamanan mereka berada di bawah ancaman.
Turki menolak pernyataan Damaskus bahwa pasukannya tidak memiliki pilihan kecuali menembak pesawat jet F-4 saat terbang di atas perairan Suriah dekat dengan pantai, Jumat pekan lalu.
Dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB, Turki mengutuk tindakan yang memperlihatkan aroma permusuhan Suriah terhadap keamanan nasional Turki. Menurut Turji, hal itu menimbulkan “ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut”.
Wakil Perdana Menteri Turki, Bulent Arinc, mengatakan dalam konferensi pers bahwa tindakan Suriah “tidak akan dibiarkan begitu saja”.
Insiden ini telah lebih jauh meningkatkan ketegangan antara Turki dan Suriah yang sebelumnya sudah tercemar akibat kecaman Ankara terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam menyikapi pemberontakan yang sudah berlangsung selama 16 bulan.
Menteri luar negeri Uni Eropa menyerukan pada Senin (25/6) agar Turki menahan diri, dengan mengatakan mereka akan meningkatkan tekanan terhadap Assad.
“Intervensi militer di Suriah sejauh ini belum mungkin,” kata Menteri Luar Negeri Belanda, Uri Rosenthal.
Setelah rapat kabinet tujuh jam Turki di mana seorang kepala angkatan udara memberikan pengarahan rinci tentang insiden hari Jumat, Arinc mengatakan Erdogan akan membuat pengumuman mengenai Suriah hari ini (26/6). (althaf/arrahmah.com)