WASHINGTON (Arrahmah.com) – Hubungan AS-Pakistan tampaknya sedang menuju sebuah tumbukan baru saat seorang jenderal Amerika menyalahkan serangan mematikan pada Jumat (22/6/2012) di sebuah hotel di Kabul pada kelompok yang berbasis di Daerah Persukuan yang ada Administrasi Federal (FATA) dan Gedung Putih berikrar akan mengambil langkah yang diperlukan untuk mengurangi ancaman ini.
Sebelumnya pada Jumat (22/6), media AS melaporkan bahwa Washington telah mempertimbangkan meluncurkan serangan balasan di sasaran ‘teroris’ di dalam FATA tetapi keprihatinan akan destabilisasi Pakistan mencegah AS untuk melakukannya, seperti diklaim media.
“Kami akan mengambil langkah yang diperlukan untuk mengurangi ancaman itu,” kata seorang pejabat Gedung Putih, sementara mengomentari laporan AP.
Saat ditanya apakah Gedung Putih bisa mengirim tentara AS melintasi perbatasan untuk memburu para kelompok mujahidin, Kepala Deputi Sekretaris Pers Gedung Putih, Earnest Josh, mengatakan: “Hal ini sedang dibahas oleh pemerintah.”
Pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa AS telah mengangkat isu ini dengan Pakistan dan tetap berkomitmen untuk menemukan cara bekerja sama dengan negeri muslim tersebut untuk memerangi ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok-kelompok yang mereka curigai terhadap pasukan AS dan warga sipil Pakistan tidak bersalah.
Sebelumnya, komandan pasukan salibis NATO di Afghanistan mengatakan bahwa serangan mematikan di hotel Kabul didalangi oleh kelompok Haqqani yang katanya terus beroperasi dari Pakistan.
Mengomentari pernyataan, juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland kepada wartawan di Washington bahwa Amerika Serikat telah mendorong Pakistan sejak dulu untuk menangani terorisme di perbatasan.
Juga pada hari Jumat (22/6), Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, menunjukkan bahwa AS tidak akan menerima permintaan Pakistan agar AS meminta maaf atas insiden Salala, yang menyebabkan Islamabad memblokir rute pasokan salibis NATO ke Afghanistan.
Tapi analisis yang paling rinci tentang hubungan AS-Pakistan datang dalam diskusi televisi antara Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan salah satu pendahulunya, James A. Baker.
Sekretaris Baker mencatat bahwa hubungan tersebut dalam bentuk ‘mengerikan’, menambahkan bahwa ini adalah “benar-benar menyedihkan, karena selama masa Perang Dingin mereka sekutu kami, dan India adalah sekutu Uni Soviet, dan sekarang semua itu berubah.”
Baker tidak setuju dengan mereka yang menyarankan untuk memutuskan hubungan dengan Pakistan.
“Saya pikir kita perlu menjaga hubungan dengan mereka karena kekuatan nuklir mereka,” katanya.
Sementara itu, menlu Clinton mengamati bahwa hubungan Amerika dengan Pakistan telah menjadi tantangan untuk waktu yang lama.
Dia mengatakan ada beberapa hal diminta AS pada Pakistan, “Nomor satu, mereka harus berbuat lebih banyak untuk menangani keamanan di dalam negara mereka sendiri” karena “para ekstremis memiliki kecerdikannya sendiri. Mereka bukan hanya melintasi perbatasan, mereka pun mendapatkan petunjuk, pendanaan, dan pejuang, dan mereka kembali melintasi perbatasan.”
“Kedua, mereka harus bersedia untuk mengakui bahwa ketika kami menarik diri dari Afghanistan, mereka pun seharusnya memiliki kepentingan untuk mendukung stabilitas Afghanistan”.
“Dan mereka harus melepaskan Dr Afridi,” tambahnya. (althaf/arrahmah.com)