JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum DPP PBB MS Ka’ban menilai penyerangan Komunitas Budha Myanmar terhadap Muslim Rohingya sebagai fenomena ganjil dialam demokrasi yang ternyata masih menyisakan penindasan terhadap kalangan minoritas.
“Saya kira itu salah satu fenomena, ketika orang berbicara tentang demokrasi, ternyata ada masyarakat yang hak-haknya tidak diberikan. Kita sangat berharap akan lahir ada tokoh Muslim dari Rohingya itu,” Kata ka’ban kepada arrahmah.com, Jakarta, Sabtu (16/6).
Namun, menurut Ka’ban, kondisi di Myanmar belum banyak memberikan harapan besar, karena masyarakat mayoritasnya bukan kaum Muslimin.
“Dan jangan lupa, kan tetap saja di burma itu mayoritas Budha,” ungkapnya.
Tambahnya, fenomena ganjil tersebut pun menurutnya berlaku pula di Indonesia, masyarakat Muslim sebagai mayoritas tetapi tidak dapat berbuat banyak untuk memenuhi hak-haknya.
“Jadi, kembali di indonesia, kita ini mayoritas tidak bisa berbuat apa-apa, di sana mayoritas selalu menindas yang minoritas. Jadi kalau di Indonesia mayoritas gak berkuasa, yang minoritas mempecundangi yang mayoritas,” tutup Ka’ban.
Sebagaimana diberitakan, telah terjadi peristiwa pembantaian 10 warga Muslim Myanmar oleh warga Budha di Rakhine. Pada hari Ahad pagi ( 3/6/2012), Persatuan Patriotik Rakhine membagikan selebaran di kota Taunggup, yang berisi berisi foto wanita Budha bernama Ma Thida Htwe dan cerita tentang pemerkosaan yang dialaminya tanggal 28 Mei lalu Dalam selebaran itu mereka menuduh warga Muslim sebagai pelaku pemerkosaan dan pembunuhan atas wanita tersebut.lapor koran The New Light of Myanmar (5/6/2012). Taunggup adalah sebuah kota pinggiran pantai di negara bagian Rakhine, sekitar 200 kilometer arah barat Yangon.
Disulut oleh selebaran itu, sekelompok massa terdiri dari sekitar 300 orang menyerang sebuah bis yang mengangkut penumpang Muslim dekat Thandwe di jalan menuju Yangon. Ratusan orang itu membunuh 10 Muslim Myanmar dan menghancurkan kendaraan yang mereka tumpangi, kata jurubicara pemerintah.
Hingga kini, kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar masih berlanjut dengan penangkapan-penangkapan dan pembakaran rumah serta menelan korban yang lebih besar dari sebelumnya. (bilal/arrahmah.com)