MOSKOW (Arrahmah.com) – Beberapa komponen “Syariat Islam” yang diberlakukan di Chechnya dalam beberapa bulan terakhir dinilai semakin mendekatkan republik tersebut pada otonomisasi dan menjadi ancaman tersendiri bagi Kremlin, pengamat mengatakan.
Kremlin bergantung pada pemimpin garis keras yang berasal dari Chechnya, Ramzan Kadyrov, untuk mengendalikan Kaukasus Utara.
Para pengamat mengatakan cara Kadyrov memaksakan kehendak di wilayah Chechnya akan dapat mendorong munculnya separatisme Chechnya.
Kadyrov yang pernah melawan pasukan Rusia selama perang separatis Chechnya pertama pada awal 1990-an namun kemudian beralih memihak Moskow ketika konflik kembali muncul kembali pada tahun 1999, mengatakan bahwa klaim yang dikeluarkan oleh para analis tersebut merupakan upaya untuk memperburuk namanya.
“Kadyrov telah memberlakukan apa yang menurutnya sebagai Syariat Islam,” kata Matthew Clements, analis Eurasia di IHS Jane’s Information Group di London pada Reuters.
Reuters mengklaim bahwa sebelum era Kadyrov, pada bulan Ramadhan, semua restoran di Chechnya diperintahkan untuk tutup, namun para perempuan protes karena mengalami pelecehan ketika mereka tidak mengenakan penutup aurat. Mereka menyatakan bahwa orang-orang yang mengganggu mereka adalah mereka yang diperintahkan oleh otoritas keagamaan.
Dalam sebuah statsiun televisi, Kadyrov mengatakan ia berterima kasih kepada penyerang perempuan-perempuan Chechnya karena tidak mengenakan kerudung.
Meski Moskow melihat toleransi yang diberikan Kadyrov dengan menerapkan “Syariat Islam”, namun tidak sedikit yang melihat hal tersebut sebagai toleransi dan “Syariat” palsu serta menjadi dalih untuk membenarkan kepentingan Kadyrov untuk meredam perlawanan yang tumbuh di wilayah Chechnya dan Kaukasus.
Media tidak bisa mengelak bahwa Kremlin sedang mati-matian berjuang melawan Mujahidin yang menyebar di seluruh Kaukasus Utara yang tak pernah menghentikan jihadnya untuk membebaskan wilayah tersebut dari kekejaman Kadyrov.
Sebagai seorang yang menyebut dirinya muslim sufi, Kadyrov mengklaim ia menerapkan hukum Syariah, tetapi pada saat yang sama ia pun berulang kali mengatakan bahwa ia berkomitmen untuk menegakkan kekuasaan Rusia yang komunis di Chechnya.
Sementara itu, juru bicara Kadyrov, Alvi Karimov, menyangkal bahwa atasannya telah memberlakukan Syariat Islam di Chechnya. (althaf/arrahmah.com)