DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sebuah laporan PBB yang dirilis hari ini (12/6/2012) untuk pertama kalinya memasukkan pasukan rezim Assad dan sekutunya milisi shabiha ke dalam daftar 52 pemerintahan dan kelompok bersenjata yang merekrut, membunuh, menyerang anak-anak secara seksual dalam konflik bersenjata.
Di suriah, dikatakan bahwa anak-anak berusia 9 tahun menjadi korban pembunuhan, penangkapan sewenang-wenang, penahanan, penyiksaan dan kekerasan seksual dan juga telah digunakan sebagai perisai manusia, lapor Al Arabiya.
“Dalam hampir semua kasus yang tercatat, anak-anak menjadi korban operasi militer oleh pasukan pemerintah, termasuk angkatan bersenjata Suriah, intelijen dan militan shabiha, dalam konflik yang tengah berlangsung dengan pihak oposisi termasuk tentara pembebasan Suriah,” lapor AP mengutip laporan PBB.
Kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa sekitar 1.200 anak telah meninggal dunia selama pemberontakan 15 bulan terhadap pemerintahan brutal Bashar al-Assad.
“Jarang saya melihat kebrutalan tersebut terhadap anak-anak seperti di Suriah, di mana anak laki-laki dan perempuan ditangkap, disiksa, dieksekusi dan digunakan sebagai tameng manusia,” ujar Radhika Coomaraswamy, wakil khusus PBB untuk anak-anak dalam konflik bersenjata, mengatakan kepada AFP sebelum laporan dirilis.
Sekjen PBB mengatakan PBB telah menerima laporan dari pelanggaran berat terhadap anak-anak di Suriah sejak Maret 2011, ketika protes terhadap pemerintahan Assad dimulai.
Laporan tersebut mengutip pernyataan mantan anggota angkatan bersenjata Suriah yang mengatakan bahwa pada bulan Desember, selama protes di Tall Kalakh, komandannya memberi perintah untuk melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi dan ia melihat tiga anak perempuan yang berusia sekitar 10 tahun ditembak mati.
Mantan anggota pasukan intelijen menyaksikan pembunuhan lima anak di sebuah sekolah menengah selama demonstrasi di Aleppo.
Laporan juga mengatakan militer Suriah dan shabiha menggunakan anak-anak berusia 8 tahun setidaknya pada tiga kesempatan di tahun lalu.
Dalam serangan di desa Ayn l’Arouz di provinsi Idlib pada 9 Maret 2012, mengutip seorang saksi mata yang mengatakan belasan anak laki-laki dan perempuan berusia antara 8 hingga 13 tahun, diambil secara paksa dari rumah mereka dan digunakan sebagai perisai hidup oleh tentara dan milisi shabiha, mereka ditempatkan di depan jendela bus yang membawa personil militer memasuki desa.
Puluhan saksi mata dikumpulkan dalam laporan tersebut, mereka mengatakan anak-anak juga menjadi objek penyiksaan di dalam tahanan. Termasuk kesaksian seorang mantan anggota militer yang dipaksa menyaksikan atau melakukan tindakan penyiksaan, lapor AP.
Kebanyakan korban penyiksaan jelas dipukuli, ditutup matanya, mengalami posisi stres, disengat dengan listrik, terluka, disundut rokok dan dalam satu kasus terdapat anak yang disengat listrik di alat vitalnya, ujar laporan itu. Seorang saksi mengatakan ia melihat seorang anak akhirnya meninggal dunia setelah dipukuli berulang-ulang.
Kelompok HAM yang berbasis di New York (HRW) mengatakan Dewan Keamanan PBB harus memberikan sanksi embargo senjata dan sanksi lainnya kepada pemerintahan Assad atas pelanggaran berat terhadap anak-anak. (haninmazaya/arrahmah.com)