LONDON (Arrahmah.com) – Insiden helikopter David Cameron yang pernah ditargetkan oleh mujahidin dalam kunjungan terakhirnya ke Afghanistan, mendorong pemerintah untuk membungkam media agar tidak lagi membuat pemberitaan mengenai berbagai perjalanannya ke zona perang.
Satu unit helikopter Chinook RAF yang membawa Cameron, terpaksa mendarat darurat saat akan berkunjung ke pangkalan tentara di Helmand pada tanggal 20 Juni lalu.
Insiden ini mendorong sejumlah pejabat tinggi militer untuk mengkaji ulang protokol keamanan yang sudah ada. Mereka yakin bahwa mujahidin mengetahui di helikopter mana Cameron berada selama perjalanan dan sudah ada rencana yang cukup rapi mengenai penyerangan itu.
Cameron direncanakan saat itu akan bertemu dengan Batalyon 1 Resimen Duke of Lancaster, tapi dicegat oleh badan intelijen yang memberi informasi bahwa Taliban bermaksud untuk menyerang helikopter VIP tersebut. Menurut laporan, informasi diterima lima menit setelah lepas landas dan pilot diperintahkan untuk berbalik arah. Pada saat itu, Cameron mengatakan bahwa dia kecewa tak jadi mengunjungi pasukannya yang ditempatkan di Shahzad, Provinsi Helmand.
Menurut The Times, tokoh militer senior sekarang menuntut perubahan metode pengamanan bila Cameron pergi ke zona perang.
Sky News melansir bahwa sumber pegawai negeri sipil dan militer sedang membahas beberapa opsi termasuk apakah mengeluarkan larangan penuh pada media untuk meliput langsung saat Perdana Menteri berada di Afghanistan. Dilakukannya konferensi pers dinilai bisa membantu ‘pemberontak’ mengetahui lokasi Cameron. (althaf/arrahmah.com)